Kepala KSP Moeldoko tak perlu disorot saat salah bertayamun di kereta api. Moeldoko telah menjalankan perintah agama Islam yang telah diyakininya.
“Nggak ada perkara yang perlu disoroti itu,” kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dikutip dari kumparan, Selasa (28/8/2023).
Ngabalin mengatakan, di dalam Islam ini, ada juga yang disebut dengan rukhsah atau kemudahan/keringanan/kelonggaran dari hukum asli pada kondisi darurat.
“Rukhsah itu para ahli menyebutkan, kemudahan ya dari hukum aslinya. Jadi kalau ada dia berubah menjadi diberikan kemudahan atau keringanan karena ada uzur atau ada orang yang dalam perjalanan. Kalau ditanya kenapa Pak Moeldoko tidak berwudu, oh karena bisa tayamum karena di kereta. Bisa juga beliau dalam keadaan duduk salat,” jelas Ngabalin.
Ia juga menyebut, jika dilihat dari video yang beredar, saat itu Moeldoko memang terlihat sedang berada di dalam kereta. Dalam Islam, kata Ngabalin, memang ada kemudahan dalam beribadah yang diberikan, terutama bagi orang yang sedang dalam perjalanan atau musafir.
“Tidak hanya wudu, bahkan salatnya bisa duduk, salatnya bisa digabungkan, jama’. Magrib dengan Isya, Zuhur dengan Asar, dan seterusnya. Jadi tidak ada hal yang perlu dipersoalkan di situ. Bagi orang yang tahu itu normal, dan Pak Moeldoko melakukan tayamum, tidak berwudu, itu namanya rukhsah. Dimudahkan bagi mereka yang melakukan perjalanan,” pungkas Ngabalin.