Para buzzer dan pendukung penguasa yang melaporkan Rocky Gerung ke kepolisian jutsru membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin hina di mata rakyat.
“Bila ada rakyat yang bersuara kritis pada presiden, gerombolan buzzer bersatu mengadu ke kantor polisi. Tanpa mereka sadari, tindakan itu bikin Jokowi makin bloon dan hina,” kata Kritikus Faizal Assegaf kepada redaksi www.suaranasional.com, Kamis (3/8/2023).
Bagi buzzer, kata Faizal, kekuasaan presiden adalah santapan paling empuk. Berbagai jurus pembelaan secara membabi buta dilakukan. Tak peduli kekuasaan menyimpang, yang terpenting dapat faedah.
“Rakyat yang marah pada rezim diktator dan korup, menuliskan nama presiden di keset depan rumah. Cara untuk menegaskan sikap protes kepada ketidakadilan. Fenomena itu terjadi di sejumlah negara,” ungkapnya.
Kata Faizal, praktek kekuasaan Jokowi yang amburadul, tidak pantas rakyat menyebutnya presiden. Sudah tepat Megawati menobatkannya sebagai petugas partai. Makna yang tersirat, bermental kacung.
Ironinya, sikap Megawati tidak dituding menghina dan melecehkan citra kepala negara. Andai julukan itu datang dari rakyat kecil, langsung diciduk oleh jejaring kekuasaan negara.
“Di kebun binatang, seekor monyet yang lucu layak diberi nama ‘presiden pinokio’. Begitu pula, kalau ada anjing kurap keluar dari gorong-gorong, rakyat boleh saja menjulukinya ‘presiden anjing’,” pungkas Faizal.