by Faizal Assegaf (kritikus)
Ketiga Ketum parpol ini setia jadi dayang-dayang Istana. Airlangga Hartato, Muhaimin Iskandar dan Zulkifli Hasan, terkesan diikat kasus dan diperbudak jabatan.
Punya posisi strategis memimpin partai, namun terkurung di sangkar kekuasaan. Kaki dan tangan dirantai, tak berdaya. Bagai burung beo yang setiap ucapan atas restu majikan.
Rakyat menyindir: Berani melawan, masuk penjara! Alhasil teror mematikan itu bikin ribuan anggota dan kadernya dipaksa membebek. Eksistensi dan independensi partai tergadaikan.
Pesta demokrasi jelang Pilpres 2024, berubah jadi saling jegal. Kedaulatan politik Golkar, PKB dan PAN yang mesti bebas mengusung putera terbaik bangsa, terpasung kepentingan petugas partai.
Politik cawe-cawe Jokowi luar biasa ganas dan merobek hati rakyat. Jangankan oposisi, namun teganya partai pendukung Istana, satu per satu dipreteli. Sadis dan sangat curang.
Apa yang mesti dilakukan Golkar, PKB dan PAN? Kalau masih punya martabat dan nurani, sebenarnya banyak pilihan cerdas untuk keluar dari gelapnya jebakan gorong-gorong kekuasan. Kalau berani!
Toh Prabowo yang tidak bersih-bersih amat bisa bebas melenggang dengan modus berpura-pura setia pada Jokowi. Apakah lakon itu membuat Prabowo dan Gerindra happy? Tergantung nanti!
Golkar, PKB dan PAN punya peluang meng-copy paste akrobat politik Prabowo. Biar makin blunder permainan jegal-menjegal. Setidaknya masih bisa bernafas, tidak terlihat bodoh dan pasrah.
Pilihan untuk sementara bertahan di kabinet sembari mengambil faedah, itu oke. Namun jangan terus-terusan manut. Sebab ihwal itu jelas akan membuat citra partai semakin membusuk di mata rakyat.
Terlihat Burung beo dan
petugas partai beda tipis!