Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Akibat Arogansi, kesombongan, dan kesewenang- wenangan, PDIP bakal segera berakhir dan menerima karmanya.
Selama dua kali periode Pemilu 2014 dan 2019 PDIP terus unggul menjadi partai pemenang, namun sayang, semua itu bukannya membawa kebaikan bagi bangsa dan negara, tapi telah disalahgunakan. PDIP telah bertindak arogan, sombong, sewenang-wenang dan menyalahgunakan kekuasaan.
Mereka tidak sadar bahwa setiap ucapan, setiap tindakan, setiap langkah, setiap kebijakan selalu direkam oleh rakyat. PDIP selama ini telah menyakiti rakyat sehingga rakyat bukan saja telah merekam, tetapi telah berubah menjadi gumpalan-gumpalan kemarahan dan kebencian.
Di tangan PDIP Negara ini mau dibawa ke paham komunisme, mulai dari pembentukan UU HIP, UU Brin, Pancasila jadi Trisila, Merubah Hari Lahir Pancasila dari 18 Agustus menjadi 1 Juni, menyebar antek-antek PKI k semua institusi, melarang tayang film G30S PKI, menggunanakan fasilitas negara untuk rapat-rapat antek-antek PKI, menyebut PKI itu korban, Negara harus meminta maaf kepada PKI, dan memberi santunan sekitar 5000 orang keturunan PKI. Jadi makin jelas, benarkah PDIP telah berubah menjadi PKIP (Partai Komunis Indonesia Perjuangan)?
Saat ini PDIP diambang kehancuran. Pencapresan Ganjar menyempurnakan proses kehancuran itu. Silakan tengok semua kandang Banteng di seluruh negeri, sekarang telah berubah menjadi posko-posko relawan Anies termasuk di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Papua, dll yang masih diklaim mendukung PDIP dan Ganjar, sekarang sudah jadi rumah-rumah relawan Anies.
Paling tidak ada 5 kekuatan yang menggembosi suara PDIP :
Pertama, Dari Kader PDIP sendiri
Begitu PDIP mengusung Ganjar, banyak kader PDIP yang membelot, ada yang berani secara terang-terangan seperti Gibran dan Efendi Simbolon, banyak pula yang kasak-kusuk di belakang.
Kedua, Dari Para Pendukung PDIP di seluruh Indonesia
Daerah-daerah yang semula merah (Pendukung PDIP) sekarang sudah banyak berubah haluan. Bukan berdasar survey pesanan (yang selalu mengunggulkan Ganjar dan PDIP), tetapi secara real di lapangan, terutama setiap kunjungan Ganjar di mana pun selalu sepi tidak ada sambutan dari pendukung PDIP, kecuali kehadiran beberapa pengurus saja.
Ketiga, Dari Jokowi dan kubunya
Pendukung Jokowi yang selama ini bersama dan menjadi pendukung PDIP, sekarang sudah berubah haluan menjadi pendukung Prabowo, atau sebagiannya malah menjadi pendukung Anies.
Keempat, Dari Kubu Oposisi yaitu pendukung Nasdem, Demokrat, dan PKS
Dengan gencarnya kunjungan Anies ke berbagai daerah yang sangat masif, para pendukung PDIP telah banyak yang beralih ke partai koalisi perubahan.
Kelima, dari rakyat, TNI, dan Umat Islam
Rakyat yang berakal sehat telah berbondong-bondong meninggalkan PDIP dan menjadi pendukung Anies : kaum buruh, petani, nelayan, pengusaha UMKM, dan para wong cilik rame-rame didukung Anies. Ganjar ora payu. Demikian juga para purnawirawan TNI dan umat Islam yang tersakiti oleh ucapan, tindakan, dan kebijakan Megawati yang terlalu pro komunis.
Tahun 2024 PDIP diambang kehancuran, terutama setelah mencapreskan Ganjar yang penuh masalah dan zero prestasi. Lengkap sudah jalan menuju kehancuran. Dalam situasi seperti ini, di mana elektabilitas Ganjar di bawah 20%, para cukong oligarki taipan tidak akan berani ambil resiko kekalahan.
Sudah saatnya PDIP tenggelam dan kebenaran yang menang.
Bandung, 29 Dzulhijjah 1444