Ahmad Basri, Penulis Ketua K3PP Tubaba
Minggu 9 Juli 2023 tepatnya pukul 9.30 Presiden Jokowi tiba di Rs Sarjito. Kedatangannya untuk menjenguk Cak Nun (Emha Ainun Najib) yang terbaring sakit, akibat adanya pendaharaan di sekitar kepala. Kedatangan Presiden Jokowi tentu menimbulkan berbagai macam persepsi. Kita ketahui Cak Nun merupakan sosok budayawan yang kritis terhadap Presiden Jokowi selama ini.
Jika menelisik lebih dalam lagi tentang sosok Cak Nun.Sikap ke kritisan bukan hanya lahir di masa dimana Jokowi menjadi Presiden. Sejak Cak Nun muda diera 80 an Cak Nun sudah melahirkan daya nalar pikir kritis melalui berbagai macam kegiatan kebudayaan.
Tak heran jika era 80 an – sampai dekade detik – detik era Reformasi 98 jatuhnya orde baru, suara – suara kritis panggung kebudayaan ‘ kampus ‘ tidak hanya Jogya, di luar Jogya, Cak Nun selalu menghiasi cakrawala pemikiran kaum muda yang haus akan perubahan.
Nammun tidak hanya Cak Nun yang mewarnai kehidupan anak muda ‘ kampus ‘ ada tokoh lainnya. Amien Rais, Gus Dur, Sri Bintang Pamungkas, Adnan Buyung Nasution. Merekalah lokomotif perubahan politik kebudayaan yang hari ini kita nikmati.
Dan berapa banyak karya ‘sastra’ buku – buku dicetak dan tulisan artikel menghiasi berbagai media di tanah air baik lokal / nasional. Cak Nun menjadi sumber referensi kritis tempat bertanya dan menjawab persoalan. Cak Nun sekaligus menjadi sandaran kaum muda ‘aktivis’ menyampaikan keluh kesah kondisi kebangsaan.
Mungkin bagi generasi mellinial era kelahiran dekade tahun 2000 ke atas dan tak pernah mengeyam tentang ‘atmosfir’ suasana Jogya, tentu sosok seorang Cak Nun merupakan sesuatu yang ‘minus’ didengar oleh telinga mereka. Wajar minus pemahaman tentang referensi tentang Cak Nun, menjadikan kaum milenial kurang ‘peka’ kurang mengerti Cak Nun sesungguhnya.
Bagi masyarakat Jogya pada umumnya, Cak Nun merupakan bagian kebudayaan Jogya yang tak terpisahkan. Siapa yang tak pernah ‘singgah’ di Jogya sulit bisa memahami karakter jiwa kebudayaan seorang Cak Nun, dengan tampilan nalar guyonan yang penuh dengan warna kritik sosial.
Itulah mengapa setia acara Cak Nun dengan pegelaran kebudayaan musik kyai Kanjeng – padang bulan – maiyyah selalu ramai pengunjung tak pernah sepi. Kehadirannya selalu dinanti nanti oleh masyarakat. Hadir karna kesadaran bukan dimobilisasi seperti perilaku politisi di atas panggung yang kehadirannya memerlukan orkestra para buzzzeerp. Cak Nun tidak membutuhkan itu semua untuk membesarkan namanya. Cak Nun tak membutuhkan pujian apalagi sanjungan.
Lalu apa makna dari kunjungan Presiden Jokowi ke RS Sarjito menjenguk Cak Nun yang sedang terbaring sakit. Bisa jadi cara tersebut merupakan satu bentuk untuk mereduksi kewibawaan Cak Nun di mata publik. Kedatangan Presiden Jokowi ingin menunjukan bahwa dirinya seorang orang ‘pemaaf’ berjiwa besar atas kritik – kritik yang selama ini ditunjukan kepada dirinya.
Pesan itu yang sesungguhnya ingin disampaikan kehadapan publik oleh Presiden Jokowi. Bukan ingin melihat dan bertemu dengan Cak Nun, sebab secara medis kedokteran jauh hari sudah disampaikan bahwa, kondisi Cak Nun tidak bisa dikunjungi oleh siapapun. Mengapa Presiden Jokowi memaksa datang ke RS Sarjito dan kedatanganpun hanya 10 – 15 menit. Itu pun tidak bisa masuk hanya diterima oleh kerabat keluarga Cak Nun.
Target politis moral kunjungan Presiden Jokowi ke RS Sarjito menjenguk Cak Nun, bisa jadi tercapai menghipnotis publik hingga termehek – mehek. Tapi bagi penulis, gaya model yang diperagakan Presiden Jokowi, merupakan sesuatu yang usang dan mudah ditebak kemana arahnya di akhir jabatannya sebagai Presiden. Bisa jadi itu semua merupakan satu bentuk untuk menutupi kelemahannya sebagai presiden selama ini. Sekaligus ingin mereduksi kritik-kritik kritis dari seorang Cak Nun.
Jika kita simak, berapa banyak ucapan dan janji yang diingkarinya serta berbagai macam kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat yang dilakukan Presiden Jokowi. Dan sesungguhnya lebih elok dan elegan, apa yang dilakukan oleh Ibu Megawati Soekarno Putri (Mantan Presiden) dengan mengirim bunga anggrek ke RS Sarjito, dengan mengucapkan semoga Cak Nun segera sembuh dari sakitnya dan dapat beraktivitas kembali seperti biasa.