Ketidakpuasan dikelola secara positif akan mengarahkan perubahan yang luar biasa dan menghasilkan inovasi baru untuk kebaikan manusia.
“Perasaan ketidakpuasan adalah sebuah pisau bermata dua. Bila dikelola secara positif, ia akan mengarahkan pada perubahan yang luar biasa,” kata Direktur Utama Akademizi dan Associate Expert Forum Zakat (FOZ) Nana Sudiana dalam artikel berjudul “Hati-hati dengan Ketidakpuasan yang Kita Miliki”
Menciptakan energi positif untuk bisa berubah lebih baik dan terus lebih baik. Dengan perasaan ketidakpuasan yang dikelola dengan baik, akan juga melahirkan inovasi-inovasi baru yang muncul dari keinginan untuk bisa lebih puas dan sekaligus membuktikan eksistensi diri.
Kata Nana, perasaan ketidakpuasan juga ternyata dapat berbahaya bagi jiwa. Ia akan menggerogoti keyakinan, optimisme dan harapan akan perubahan. Ketidakpuasan juga akan merembet pada pudarnya kerjasama tim dan soliditas di sebuah sistem.
“Secara personal, ketidakpuasan yang terus dipelihara secara berlebih akan mengarah pada mencari kesalahan pada orang lain (kambing hitam) dan melupakan evaluasi diri secara obyektif. Dengan tumbuhnya ketidakpuasan, secara organik bangunan ketegaran dan kekuatan melangkah ke masa depan semakin hari akan semakin merapuh. Jiwa mereka yang selalu tidak puas sulit untuk bisa berfokus pada tujuan dan target yang dicanangkan,” tegasnya.
Ketidakpuasan ini pula yang jika dibiarkan biarkan akan menjadi jendela masuknya bisikan-bisikan logika anarki yang muncul. Baik secara personal maupun dalam sebuah sistem.
“Orang yang tidak puas bisa secara personal menunjukan disobidient (pembangkangan) terhadap aturan yang ada, dan akan lebih parah jika ia kemudian melakukan provokasi dan mendelegitimasi sistem yang sedang dibangun,” pungkas Nana.