Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Keretakan hubungan antara Jokowi dan Megawati memberi dampak yang sangat signifikan terhadap kekuatan Ganjar untuk meningkatkan elektabilitas dan citranya di masyarakat. Semakin hari elektabilitas dan citra Ganjar makin terpuruk dan menuju ditinggalkan bukan saja para pendukungnya tapi juga para relawannya.
Walaupun masih ada lembaga-lembaga survey (pesanan) yang masih mengunggulkan elektabilitas Ganjar, tetapi secara fakta dan realita elektabilitas Ganjar sangat rendah di bawah 20%. Akhir-akhir ini sudah ada lembaga survey yang blak-blakan mengakui kalau mereka memang merekayasa elektabilitas Ganjar karena dipesan (dibayar) oleh pihak tertentu (oligarki taipan).
Ada beberapa indikator kalau Ganjar bakal terpental dari pencapresan :
Pertama, Pengambil-alihan capres Ganjar oleh PDIP terkesan terburu-buru dan setengah hati
Penetapan Ganjar sebagai capres dari PDIP mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, selama ini banyak tokoh PDIP justru sering menegur Ganjar dan mengkritik kinerja Ganjar, seperti Puan, Masinton, Trimedya P, dll. Puan menyebutnya Ganjar cuma jago bermedsos, Teimedya menyebut Ganjar,kemlinti dan tanpa prestasi, demikian Juga Masinton Pasaribu yang tidak melihat prestasi Ganjar selama menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Kenapa tiba-tiba PDIP mencapreskan Ganjar ? Diduga ada bargaining politik antara PDIP (Megawati) dengan oligarki taipan.
Kedua, Di internal PDIP sendiri faksi pendukung Ganjar tidak terlampau kuat, justru faksi pendukung Puan lebih kuat
Sebenarnya dengan dicapreskannya Ganjar ada kekecewaan berat bagi Puan, sehingga wajah Puan terlihat murung. Tapi belakangan ini wajah Puan berseri kembali, bahkan manuver Puan lebih lincah daripada Ganjar. Mungkin Puan sudah merasakan akan hilangnya dukungan masyarakat terhadap Ganjar.
Ketiga, Dengan ditetapkannya Ganjar sebagai petugas partai (jilid 2) telah mengecewakan para relawan dan pendukungnya
Banyak relawan Ganjar yang mundur karena selain Ganjar hanya sebagai petugas partai yang tidak punya kemandirian, Ganjar juga dinilai minim gagasan. Hal ini sangat mengecewakan mereka.
Keempat, Akhlak dan perilaku Ganjar yang tidak terpuji menjadi bahan olok-olok masyarakat
Bukan sekedar kasus Wadas, korupsi e-KTP, dan dan kegagalannya memimpin Jawa Tengah, tapi yang jadi bahan olok-olok masyarakat adalah kegemarannya nonton video porno yang diekspose dan tidak merasa bersalah.
Kelima, Ganjar selain hanya petugas partai akan “tersandera”, juga bakal melanggengkan cengkeraman oligarki taipan.
Ganjar sendiri sepertinya tidak punya gagasan, tidak punya kapasitas dan kompetensi, plonga-plongo, dan tidak cakap berbahasa Inggris. Ganjar sangat tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin, apalagi memimpin Indonesia yang memiliki problematika yang sangat kompleks. Ganjar tak ubahnya Jokowi, yang tidak jujur dan modalnya hanya pencitraan.
Masyarakat dengan rezim Jokowi sudah sangat muak, dan tidak ingin ada “Jokowi ke-2” Di tangan Jokowi negara menjadi terpuruk, di tangan Ganjar negara menjadi bisa menjadi hancur lebur.
PDIP mungkin akan merevisi keputusannya mencapreskan Ganjar, sebelum PDIP betul-betul akan terpuruk dan terjun bebas menjadi partai gurem.
Sedangkan Prabowo walaupun didukung penuh oleh Jokowi, jika Pemilu jurdil, hampir dipastikan akan kalah dari Anies. Menyadari kenyataan ini, pihak Istana tidak suka jika Anies nyapres karena capres yang lain bakal tenggelam. Semua upaya telah dan akan dilakukan untuk menjegal Anies. Tapi Anies dengan kuasa Allah bakal tetap maju nyapres.
Insya Allah Anies di tahun 2024 akan tetap nyapres dan akan mengalahkan lawan-lawannya dan kemungkinan hanya dengan menang satu putaran. Sebagai seorang ksatria Prabowo alhirnya akan legowo untuk menerima kekalahannya dan akan memberi ucapan selamat kepada Anies Baswedan sebagai Presiden RI Ke-8.
Semoga terkabul.
Bandung, 15 Dzulhijjah 1444