Muhasabah dalam Perjuangan Politik Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Menjelang larut pada Rabu malam tanggal 03.05.2023, hp nyala sinyal ada tulisan masuk. Ternyata kiriman dari, sosok ustadz yang cukup santun dan hati hati dalam tutur katanya dari Jogjakarta, beliau “Ustadz Sukri Fadloli”.

Dalam sejarah perjalanan politiknya selain sebagai tokoh Muhammadiyah juga sesepuh Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) dari masa ke masa. Saat ini sebagai ketua presedium FUI DIY…….

Luapan rasa selaras dengan kepekaan dan naluri politiknya yang utuh dengan kekuatan akidah dan ghirahnya, ternyata berisi kisah seorang pejuang syuhada PPP yang dilupakan oleh para petinggi PPP yang selama ini justru meninggalkan misi kepartaiannya sebagai partai Islam, hanya memburu kepentingan politik dunia yang sesaat.

Kisahnya adalah : pada hari Rabu sore tanggal 3 April 2023 diiringi hujan turun yang agak lebat, saya (Ustadz Sukri Fadloli ) berjalan menyusuri Jalan Ledok Gondolayu yang  menurun menuju rumah Keluarga Alm. Agung Syahida (syuhada PPP).

Sebuah rumah yang terletak dekat dengan lereng talud sungai Code di kawasan jembatan gondolayu, rumah kecil yang sangat sederhana sekali kalau hujan genting ada beberapa yang bocor membasahi lantai dengan kursi tamu yg sudah mulai rusak.

Rumah kecil dan sederhana tersebut dihuni oleh seorang janda tua Ibu Agung Syahida yang telah  berumur senja 74 tahun,  sudah mulai  sakit – sakitan.

Ibu Agung Syahida tinggal dirumah bersama putrinya yang sudah dewasa tapi belum nikah.  Sementara anak laki yang sulung kerja di kapal pengangkut yang tinggal di Kota Cilegon Banten,  sangat jarang sekali dapat nenengok dan menyantuni orang tuanya yg semakin menua dan agak sakitan.

Sosok “almarhum Agung Sahida adalah aktifis dan pahlawan Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) yang gugur saat mempertahankan kantor DPW PPP DIY dari serbuan pasukan Cakra dan Kotikam Golkar saat terjadi sebuah keributan.

Waktu sudah berlaku dan dengan berjalan waktu tersisa cerita yang memilukan. Sebagai partai Islam dan ingin berjuang dengan nafas dan nilai nilai Islami.

Tragedi almarhum “Agung Syahida” dilupakan tidak diperhatikan, apalagi disantuni sebagai pejuang partai. Baik oleh DPC PPP DIY, DPW PPP, apalagi oleh DPP PPP, kata Ust. Sukri Fadloli.

Luapan sedih, marah dari seorang sesepuh PPP yang mengikuti perjuangan sepanjang waktu berganti waktu seperti sangat menyayat perasaan yang paling dalam.

Tak pelak marah atau teguran muncul dari beliau :

PPP Sebagai Partai Ber Asas Islam mempunyai Tiga Misi Utama dalam  menegakkan  Prinsip dan Khitah Perjuangan Partai dalam kehidupan Bangsa dan Negara……

Pertama, Sebagai Penegak Risalah Islamiyah ( Aqidah dan Ahlak Islam ) dalam Tatanan kehidupan masyarakat dan bangsa, serta sbg pembawa aspirasi dan pembela umat Islam Indonesia……

Kedua, Sebagai benteng agama dan moral bangsa agar negara tidak menjadi / mengarah kepada negara yg sekuler dan komunis, sebagaimana yg kita lihat saat ini….

Ketiga, Menegakkan Prinsip Keadilan dan Kebenaran hukum dan ekonomi bagi rakyatnya , agar bangsa dan negara tidak di tindas oleh kekuatan Oligharchi dan kekuatan Asing…….

Pertanyaannya apakah Elit Partai dari Tingkat Pusat sampai Wilayah dan Daerah sudah mampu melaksanakan dan menegakkan Misi tsb atau belum, demi memperjuangkan nasib Rakyat dan Umat Islam Indonesia. Atau justru sebaliknya berkhianat kepada Asas Islam dan Khitah serta Prinsip Perjuangan Partai …….

Sungguh Alloh SWT Maha mengetahui apa yang dilakukan oleh umat Nya, maha benar Alloh dg segala firman Nya…..

Sosok Ust. sangat jarang untuk marah apalagi sampai mengeluarkan perasaan dalam ucapan yang cukup keras dan tajam, untuk urusan apapun. Hanya akan keluar ketika keadaan memang benar-benar sudah keterlaluan dan keadaan sudah keluar dari rel aqidah dan akhlak yang harus menjadi pedoman dan pegangan umat Islam.

Apalagi ini sebuah partai (PPP) yang menurut  beliau sudah menyimpang jauh dari misi perjuangan Islam.

Suasana kebatinan yang muncul dari tokoh sekaliber Ustadz Sukri Fadloli ternyata ada dalam radar yang sama ditangkap oleh tokoh senior PPP dari Solo “Bapak Mudrick SM Sangidu”.

Dari cerita almarhum “Agung Syahida” dan PPP sudah melenceng dari misi perjuangannya tidak direspon dengan bijak oleh seluruh jaringan kader PPP di semua tingkatan, apalagi diabaikan oleh DPP PPP, ini lonceng kelam akan menimpa masa depan PPP.

Diperburuk dengan ribut ribut soal koalisi yang elit pimpinan PPP mendukung Ganjar Pranowo yang oleh sebagian kader PPP sendiri tidak layak PPP bergabung dan mendukung capres Ganjar Pranowo, mulai membawa perpecahan dan keretakan di internal PPP.

Dengan tulisan ini semoga membuka kesadaran elit tokoh PPP jangan begitu mudah melupakan tokoh sepuh PPP , para syuhada pejuangnya, apalagi melepaskan nilai nilai Islami sekedar memburu dunia dengan dalih politik yang mengarah sekuler.

Resiko politiknya cukup berbahaya, PPP bisa hilang dari ranah perpolitikan nasional, ahirnya hanya meninggalkan tapak tapak sejarahnya akibat salah kelola oleh pengurusnya sendiri dari dalam.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News