Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Prabowo mau jadi cawapres Ganjar? Jokowi sedang bergerilya merayu Prabowo untuk jadi cawapres Ganjar. Jokowi lupa sudah men-PHP Prabowo jadi capres dengan dukungan koalisi besar. Jokowi tetaplah Jokowi the king of lip service.
Akankah Prabowo tertipu oleh Jokowi dan benar-benar kehilangan idealisme dan nasionalisme serta akan mengabaikan nilai kejujuran, kebenaran, moralitas dan etika seperti saat ini ?
Jika ini terjadi, Pemilu 2024 dipastikan bakal kelam dan kecurangan akan menguasai pemilu 2024. Bisa jadi Paslonnya hanya dua : Ganjar-Prabowo dan Anies-AHY (?). Tragedi kecurangan Pemilu 2019 akan berulang.
Tidak ada gunanya jika hanya 2 Paslon, cuma sandiwara saja. Karena perolehan suara bisa dibalik. Pemilu hanya sandiwara.
Sebaiknya dilakukan people power. Jika memang Anies didukung rakyat (bukan omdo), harusnya pendukung Anies mau turun ke jalan. Tidak ada artinya banyak dukungan jika Anies tidak bisa menang?
Semoga Prabowo tetap teguh dengan jiwa corsa dan nasionalisme. Sehingga paslon capres tetap 3 calon.
Harapan Prabowo nyapres dari Gerindra untuk dapat dukungan Jokowi dan koalisi besar partai-partai pro Jokowi hampir dipastikan ambyar. Pasalnya, dengan dicapreskannya Ganjar oleh PDIP, hampir dipastikan Jokowi akan mendukung Ganjar. Selain karena Ganjar sebagai calon yang memiliki kesamaan visi, misi, karakter, dan sesama boneka oligarki taipan, juga baik Ganjar maupun Jokowi sama-sama kader PDIP.
Walaupun Prabowo selama ini sudah rela “nyebong” dan masuk IQ 200 sekolam (istilah Rocky Gerung), tapi bagi Jokowi Prabowo masih ada sekat yang mengganjal secara batiniah, walaupun secara lahir tampak akrab. Tapi keakraban keduanya dianggap semu, belum terbentuk chemistry yang rekat dan solid. Tidak bisa disembunyikan selalu ada bayang-bayang ketidakharmonisan di dalam kebersamaannya.
Bergabungnya Prabowo kedalam rezim Jokowi masih menjadi teka-teka. Padahal Prabowo telah tega mengorbankan sekitar 50 juta pendukungnya.
Ketika Pilpres 2019 Prabowo adalah lawan Jokowi, dan masing-masingnya membawa misi yang berbeda. Kalau Jokowi mewakili kezhaliman, oligarki taipan dan kekuatan China, sedangkan Prabowo mewakili rakyat yang menawarkan kemandirian dan melawan kekuatan Asing dan Asing (saking seriusnya Prabowo sampai gebrak-gebrak podium)
Menjadi hal yang mencengangkan ketika tiba-tiba Prabowo bergabung dengan rezim Jokowi. Seolah menyatukan antara susu dengan lumpur, antara hak dan batil, antara bau wangi dan bau busuk. Akhirnya yang hak, yang susu, dan wangi telah berubah menjadi lumpur, batil, dan busuk.
Sebenarnya di tahun 2019 Prabowo menang, tapi telah dizhalimi oleh kekuatan oligarki taipan yang berkonspirasi dengan rezim. Para pendukung Prabowo yang sebenarnya mayoritas, ditumbangkan oleh kebatilan dan kecurangan. Bahwa satu rezim ini sudah terbeli oleh oligarki taipan, bukan isapan jempol.
Ditengah-tengah (mungkin) rasa bersalahnya Jokowi terhadap Prabowo, seolah-olah Jokowi akan mendukung Prabowo. Tapi sifat tamak dan culasnya Jokowi tidak mampu ditutup-tutupi dengan sikap kepura-puraan jadi orang baik. Sifat aslinya akan selalu muncul
Di Pilpres 2024 ketika Prabowo seolah sudah meleburkan diri menjadi bagian dari rezim Jokowi, dengan harapan dapat dukungan Jokowi (dan oligarki taipan), sepertinya harapan itu akan tetap jadi harapan ketika Prabowo menghadapi kenyataan pahit : majunya Anies yang didukung rakyat dan majunya Ganjar yang didukung oleh rezim Jokowi dan oligarki taipan. Lalu kekuatan mana yang diharapkan oleh Prabowo untuk mendukungnya ? Tidak ada.
Wajar ketika Prabowo diminta tanggapannya tentang pencapresan Ganjar oleh PDIP, ekspresi pilu dan suara Prabowo yang sangat berat, menggambarkan keadaan hati yang sangat kecewa berat.
Sepertinya Prabowo akan jadi pecundang abadi. Jadi kali ini Prabowo benar-benar telah dikadalin oleh Jokowi dan kekuatan di belakangnya. Betapa tabahnya Prabowo yang terus menerus dikadalin Jokowi. Bahkan Jokowi malah menawarkan posisi cawapres bagi Ganjar. Sungguh malang nasib Prabowo : sudah kehilangan pendukung setia, sekarang dikhianati teman sendiri. Inilah realita politik di Indonesia, sangat kejam dan jahat.
Akankah rezim Jokowi mau nekad mengulangi kecurangan Pemilu 2024 di tengah ketidakpercayaan seluruh rakyat terhadap KPU dan MK ? Semoga di tengah-tengah kubangan lumpur busuk masih ada mutiara yang tetap bersinar.
Bandung, 3 Syawwal 1444