Pemilihan umum presiden dan wakil presiden RI sudah tinggal hitungan bulan yaitu Februari 2024. Hingga saat ini belum ada pasangan calon presiden dan wakil presiden definitif yang sudah ketok palu. Penjajakan dan bongkar pasang konfigurasi masih terus berlangsung hingga hari ini.
Hasil dari berbagai lembaga survei menunjukkan persaingan ketat tiga besar calon presiden yang mengerucut antara Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. “Ketiga capres tersebut berbagi margin tipis dan fluktuatif sekali, sehingga belum bisa dijadikan patokan siapa pemenang pilpres 2024. Masih akan banyak dinamika yang bisa terjadi pada calon pemilih,” ujar aktivis 98 Sulaiman Haikal kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (10/4/2023).
Haikal menjelaskan, fenomena itu, yakni tipisnya margin elektabilitas, tak lepas dari fakta ketiga capres tampak sama saja di mata publik. Hinga kini ketiganya tidak mampu menghadirkan suatu gebrakan apakah itu dalam bentuk program atau minimal isu, janji politik, yang bisa memuaskan aspirasi rakyat. Khususnya di sektor keadilan, penegakan hukum, dan pemberantasan korupsi.
“Ketiga isu itu seolah menjadi gap antara capres dan rakyat. Hampir tak terdengar suara keras mereka soal itu, padahal itu yang ditunggu-tunggu rakyat,” ujar Haikal aktivis 98 yang menginisiasi Masyarakat Maju Demokratis (MMD) dan mendeklarasikan Mahfud MD sebagai calon presiden.
Dalam situasi serba mengambang dan menjurus kepada kejumudan pilihan itulah, muncul sosok Mahfud MD yang mendobrak ekspektasi publik akan hadirnya keadilan di negeri ini. Dengan menampilkan keberaniannya mengusut dan mengejar kasus-kasus besar seperti Sambo, backing tambang, aset koruptor BLBI, indikasi pencucian uang Rp349 triliun di Kemenkeu dan lainnya, Mahfud MD mengisi ruang kosong harapan rakyat yang ditinggal para capres. Keberpihakannya kepada rakyat kecil dengan isu-isu kerakyatan juga membuat namanya tinggi melambung meraup dukungan luar biasa dari rakyat. Hampir semua orang di berbagai sektor sekarang ini membicarakan Mahfud MD. Hasil survei LSI menunjukkan, terkait isu pencucian uang 349 triliun, sebanyak 63% rakyat lebih percaya kepada Mahfud MD berbanding jauh dengan 3,6% saja yang percaya kepada DPR RI.
Oleh karenanya Haikal menilai jika Mahfud MD saat ini menggengam dukungan publik yang luar biasa besar. Hanya saja konstruksi sistem politik Indonesia saat ini menyempitkan ruang rakyat dalam memilih capres idamannya.
“Walaupun bukan tidak mungkin ada parpol yang realistis dan mencalonkan Prof Mahfud MD untuk meraih kemenangan. Bisa saja, politik itu dinamis,” ujar Haikal.
Sedangkan untuk isu calon wakil presiden sendiri, Haikal meyakini jika Mahfud MD saat ini menjadi variabel kemenangan pada semua capres. “Siapapun yang mampu menarik Mahfud MD dalam pencapresannya, dan mengkapitalisasi dukungan besar publik padanya, dapat dipastikan akan meraih kemenangan dalam pilpres Februari yang akan datang,” pungkas Haikal.