Jokowi telah “Ceraikan” Megawati?

Oleh : Sholihin MS

Pertemuan Jokowi dengan partai-partai koalisi pemerintah semakin mempertegas kalau Jokowi benar-benar ingin meninggalkan PDIP ? Atau ini sekedar manuver Jokowi sebagai “balas dendam” yang kecewa dengan sikap politik Megawati karena tidak mendukung Penundaan Pemilu dan tidak mengizinkan Ganjar untuk nyapres ?

Sepertinya Jokowi sudah menemui jalan buntu untuk tetap “berkuasa” setelah tahun 2024. Jalur penundaan Pemilu sudah semakin tertutup, sedangkan keinginan memasangkan Ganjar-Erick tampaknya juga gagal, terutama setelah Megawati menyatakan akan tetap mencalonkan putri mahkotanya, yaitu Puan Maharani sebagai capres/cawapres. Jika Puan tetap maju, berarti kesempatan bagi Ganjar untuk maju pupus sudah.

Pembentukan koalisi besar sepertinya bagian dari strategi jahat (curang) Jokowi untuk memaksakan kehendaknya, yaitu Presiden yang terpilih harus tunduk pada kemauan oligarki. Ada skenario baru Jokowi menjegal Anies. Karena selama Anies maju nyapres, koalisi sebesar apa pun pasti bisa dikalahkan Anies. Kegigihan Firli mentersangkakan Anies dan muncul lagi Moeldoko mau membegal Partai Demokrat didugan bagia dari skenario busuk Jokowi.

Gara-gara Jokowi merasa “dihalangi” oleh Megawati untuk menunda pemilu dan mencapreskan Ganjar, akankah Jokowi menjadi “anak durhaka” untuk melawan “induk semangnya”, Megawati ? Bukankah kata Megawati Jokowi tanpa PDIP (Megawati), bukan siapa-siapa ? Apakah karena sekarang Jokowi sedang berkuasa tidak butuh partai PDIP lagi ? Jika ini dilakukan Jokowi, walaupun sudah membangun koalisi besar sekalipun, tanpa “campur tangan” Megawati, Jokowi akan terlempar dari percaturan politik Indonesia.

Baca juga:  Politik Identitas atau Sekularisasi?

Megawati rupanya memendam sesuatu terhadap Jokowi yang makin terakumulasi. Mega melihat gelagat buruk Jokowi. Mungkin kekesalan Megawati dimulai ketika Jokowi lebih condong dan percaya ke Luhut daripada ke dirinya, jatah menteri kabinet juga dibatasi, dan banyak proyek lebih diserahkan kepada Luhut daripada kepada PDIP.

Ditambah lagi, ketika Ganjar yang notabene kader PDIP malah diendorse untuk menggantikan Jokowi tanpa izin terlebih dahulu kepada Megawati. Kesalahan-kesalahan Jokowi terhadap Megawati yang terus bertumpuk-tumpuk, yang dilandasi sikap pragmatisme Jokowi, menimbulkan kekesalan, kemarahan, dan kecurigaan.

Lama-lama sikap Jokowi mungkin mulai dianggap “kurang ajar”. Apalagi ada desas desus bahwa Jokowi akan “mengkudeta” Megawati dari PDIP. Walaupun itu mungkin hanya berita yang tidak benar.

Bagi Megawati, menyerahkan estafeta kepemimpinan PDIP kepada Jokowi tentu sangat berat, mengingat Jokowi dianggap tidak paham nawa cita Soekarno dan Jokowi bukan dari _trach_ Soekarno. Jadi apa yang diharapkan Jokowi hanya bertepuk sebelah tangan.

Benarkah KIB masih solid ? Apalagi mau bikin koalisi besar dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) ? Melihat dinamika politik yang terjadi, terjadinya “koalisi besar” hanya wacana yang sulit diwujudkan. Jangankan membuat koalisi besar antara KIB dan KKIR, untuk tetap bertahannya KIB dan KKIR saja sulit terwujud. Mengapa ?

Pertama, Capres-cawapres KIB belum terwujud.

Padahal skenario awal capres yang diusung KIB adalah Ganjar Pranowo. Dengan tidak nyapresnya Ganjar sebenarnya secara fakta KIB sudah bubar. Hanya Zulkifli Hasan yang tetap ngotot ikut Jokowi, Golkar dan P3 lebih cenderung dukung Anies.

Baca juga:  Akhir Buruk Pemerintahan Jokowi

Kedua, KKIR sebenarnya belum solid, karena posisi Muhaimin seolah digantung

Yang diharapkan Muhaimin adalah capres atau cawapres. Dengan tidak dicawapreskannya Cak Imin oleh Gerindra, Cak Imin sudah tidak sejalan lagi dengan Gerindra.

Ketiga, Benarkah KIB dan KKIR sepakat capresnya Prabowo?

Di internal Golkar Airlangga harus capres, mungkin bisa cawapres. Cak Imin juga harus capres atau cawapres. P3 telah mencalonkan Sandiaga Uno. Bagaimana mereka akan meramu dan mengakomodir kemauan partai-partai itu ?

Keempat, Secara faktual, sebenarnya kader dan grassroot semua partai tersebut mendukung Anies

Menyaksikan begitu bergeloranya dukungan kader dan grassroot Partai-partai koalisi pemerintah terhadap Anies Baswedan, membuat Jokowi kelimpungan. Merasa masih berkuasa, Jokowi sedang membuat skenario licik terhadap Anies. Jokowi itu muka ndeso tapi hatinya iblis.

Segala cara akan ditempuh Jokowi untuk memuluskan keinginannya.

Tapi langkah Jokowi kali ini bisa jadi bumerang. Rakyat akan menghancurkan kezhaliman Jokowi. Simpul-simpul relawan Anies sudah tersebar di seluruh Indonesia. Jokowi salah langkah, bisa terjadi revolusi. Inikah yang diinginkan Jokowi ?

Bandung, 14 Ramadhan 1444