Ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN) pimpinan Nuril Arifin Husein (Gus Nuril) melakukan penganiyaan terhadap sejumlah mahasiswa asal Papua di Bali.
“Ormas reaksiner PGN Bali pimpinan Gus Yadi Menganiaya 16 Mahasiswa Papua luka-luka berat. Pesan saya untuk Gubernur Bali tolong tertibkan ormas-ormas supaya tidak semena-semena menganiaya mahasiswa Papua, banyak orang Bali juga di Papua,” kata mantan tahanan politik Ambrosius Mulait di akun Twitter-nya @Mulalt, Senin (3/4/2023).
Ambrosius menyesalkan sikap diam Ketua Ansor Yaqut Cholil Qaumas (Gus Yaqut) atas kelakuan anak buah Gus Nuril yang menganiaya mahasiswa asal Papua di Bali.
“PGN reinkarnasi Pasukan Berani Mati era Gus Dur & Hisbullah di masa lalu Selain ketua Gus Nuril yang berafiliasi dengan Barisan Serbaguna dan Ansor. Dua organisasi sayap
@nahdlatululama, tidakan pereksekusian mahasiswa papua tidak ada respon dari ketua @YahyaCStaquf,” papar Ambrosius.
Kata Ambrosius, aparat kepolisian terlihat melindungi anggota PGN sehingga terlihat ada pembiayan penganiayaan terhadap mahasiswa Papua.
“Selain sikap aparat yang turut lindungi ormas reaksioner PGN. Kasus pereksekuasian perna terjadi aksi G20 dipukuli gabungan ormas, pecalang & aparat Desa Banjar Renon, Hal ini luput dari Gubernur bali #WayanKoster semakin menghipit kebebasan eksperesi bagi orang papua,” jelasnya.
Sebelum menyerang mahasiswa Papua, pimpinan PGN Bali Gus Yadi bersama anggotanya berdemonstrasi meminta negara mencabut KTP mahasiswa asal bumi Cendrawasih itu.
Ia pun mengultimatum agar para mahasiswa mesti rela dicabut kewarganegaraannya. “Mereka sudah terang-benderang anti Indonesia. Mereka tidak pantas menyandang status Warga Negara Indonesia (WNI),” teriak Gus Yadi, Senin (15/08/22).
Oleh karena itu, pihaknya mendesak agar pemerintah melakukan aksi konkret berupa pencabutan Kartu Tanda Penduduk (KTP) aktivis AMP.
“Pemerintah seharusnya mencabut KTP Indonesia mereka. Mereka tidak pantas memegang KTP Indonesia,” seru Gus Yadi.
Gus Yadi menyindir aktivis Aliansi Mahasiwa Papua (AMP) yang menurutnya gerombolan ‘anak-anak kemarin sore’ yang tidak paham perjuangan pendiri bangsa ini. “Mereka anak-anak yang baru lahir, tetapi sudah merongrong orang tuanya. Apakah mereka tidak tahu kalau bangsa ini dibangun dengan darah para pahlawan,” papar Gus Yadi.