Secara politik identitas bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan kurang merepresentasikan keindonesiaan karenanya keluarganya menikah sesama etnis Arab.
“Mas Anies ibunya Arab, bapaknya Arab, kakeknya Arab. Mas Anies nikah dengan WNI keturunan Arab. Anak Mas Anies menikah dengan Arab. Anies merepresentasikan keindonesiaan agak kurang keindonesiaan. Mungkin 3 persen saja direpsesentasikan oleh Mas Anies. Kalau kita bicara politik identitas. Peluang Arab ketemu arab,” kata Bos Cyrus Network Hasan Nasbi dalam video yang disebar Denny Siregar di akun Twitter-nya.
Hasan yang berasal dari Padang mengaku istrinya bukan dari Sumatera Barat. “Kayak saya, Padang ketemu Padang, kalau di Pulau Jawa ini kurang dari 10 persen. karena istri saya bukan orang padang. karena peluang saya ketemu orang padang di bawah 50 persen, mungkin 10 persen,” jelas Hasan.
Ia juga heran Anies Baswedan yang mempunyai pergaualan yang luas mempunyai istri keturunan Arab. “Anies begitu luas pergaulannya, ketemu arab lagi. Anaknya ketemu suami Arab lagi,” ungkap Hasan.
Sebelumnya, Hasan mengatakan Anies juga didukung oleh seorang oligark sehingga dia bukan simbol perlawanan terhadap oligarki.
“Ada yang lucu menggelitik, relawan Mas Anies memposting sebuah poster yang berbicara bahwa Anies Baswedan sebagai simbol perlawanan oligarki,” ungkap Hasan dalam video di kanal YouTube miliknya yang tayang akhir September 2022.
“Dari poster ini kemudian saya balas karena di belakang Anies juga ada seorang oligark,” imbuhnya.
Hasan menyatakan bahwa orang di belakang Anies ada seorang oligark yang juga mimiliki sebuah pulau
“Ada pemilik pulau juga, Pak Surya Paloh itu pemilik pulau juga di Pulau Seribu, [dia] pemilik partai yang memiliki kekayaan yang enggak kira-kira jadi bukan seorang dermawan tapi seorang oligark,” kata Hasan.
“Pak Jusuf Kalla juga seorang oligark makannya saya bilang di belakang Mas Anies juga banyak oligarki ada juga pemilik pulau,” tambahnya.
Diketahui bahwa Surya Paloh merupakan Ketua Umum (Ketum) Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) 2024.
Lebih lanjut Hasan menyebutkan meski dalam kampanye populis oligarki dijelek-jelekkan, tapi di belakang sering kali jadi modal politik.
“Jadi kalau ada kampanye populis oligarki dibusukin, tapi di belakang saya menjamin pasti menadahkan tangan terhadap para oligark karena apa biaya kamapanye di Indoensia besar sekali,” ujar Hasan.
“Mau kumpulin recehan dari siapa mau berapa banyak orang, untuk biaya politik siapa pun capresnya di Indonesia pasti melibatkan sumbangan dari para oligarki,” imbuhnya.
Oligarki di Indonesia sendiri menruut Hasan mengacu pda orang kaya yang ‘cawe-cawe’ terhadap kekuasaan baik secara langsung atau tak langsung