Soal Larangan Bukber dan Sikap Jokowi yang Anti-Islam

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Masalah Sosial dan Politik)

Larangan Bukber bagi Pejabat dan ASN, tidak punya substansi jelas selain terkesan cuma untuk pencitraan. Sebenarnya substansi dari isi larangan itu apa? Menghindari covid-19, supaya para pejabat tidak pamer kemewahan, atau sekedar mau melarang aktivitas umat Islam ?

Jika itu kaitannya dengan kekhawatiran penyebaran covid-19, seharusnya perkumpulan yang lebih besar seperti pesta dan kirab pernikahan Kaesang, konser musik atau kerumunan yang lebih besar dilarang. Jika alasannya karena anjuran hidup sederhana, maka buka puasa bersama dibandingkan dengan pamer kekayaan keluarga Jokowi sama sekali tidak sebanding. Jika alasannya anti Islam, apa salahnya kegiatan buka bersama : justru untuk mengakrabkan kekeluargaan, saling berbagi rezki, dan menikmati indahnya kebersamaan.

Di bulan Ramadhan ini berbuka adalah saat-saat yang membahagiakan. Tidak perlu bermewah-mewah. Dan berbuka bersama itu sungguh memberikan suasana keakraban dan kebahagiaan tersendiri. Apa hubungannya buka bersama dengan pamer gaya hidup mewah dan covad covid? Pasti ada tendensi lain di balik pelarangan itu. Atau, jangan-jangan rezim Jokowi sudah kehilangan daya nalar yang waras, sehingga kebijakannya tidak mencerminkan seorang pemimpin yang bijak dan adil.

Baca juga:  Gaya Manajemen Suka-suka Rezim Jokowi dan Penuh Kekonyolan

Di tengah tuduhan rezim ini sangat Islamopobia, seharusnya Jokowi mencoba memperbaiki sikapnya terhadap Islam dan Umat Islam. Apalagi Jokowi dipastikan sebentar lagi lengser, seyogyanya menunjukkan keberpihakannya kepada rakyat, umat Islam, dan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan keadilan.

Rakyat sudah muak dengan segala rekayasa dan pencitraan Jokowi. Walaupun surat edaran itu sudah ada klarifikasi dari Pramono Anung, tapi masyarakat sudah keburu apriori dan menuduh yang tidak-tidak, sehingga rakyat menanggapinya dengan sinisme. Akhnya toh larangan iru tidak diindahkan. Bukber partai Nasdem tetap berjalan bahkan dihadiri oleh para pejabat dan politisi.

Maka seperti apa yang diusulkan oleh Sekjen PKS, surat edaran itu harus dicabut agar tidak menimbulkan polemik di masyaemrakat sehingga menimbulkan kegaduhan yang kontra produktif

Baca juga:  Lubis: Tak Suka Dikritik, Jokowi Sukanya Dijilat

Di hampir setiap masjid sebelum adzan maghrib ada acara buka bersama. Bahkan banyak umat Islam yang berlomba untuk memberi ta’jil bagi yang shaum, sesuai dengan anjuran Rasulullah saw. Karena memberi ta’jil kepada orang yang shaum, nilai pahalanya seperti orang yang shaum.

Sudahlah Jokowi, di akhir masa pemerintahan ini seharusnya Anda terus memperbaiki diri dari berbagai sikap permusuhan dan ketdakberpihakannya kepada rakyat dan umat Islam.

Negeri ini sudah cukup sakit, perlu revovery yang tepat dan cepat. Sudah cukup Anda membawa Indonesia ke jurang kerusakan. Sudah saatnya rakyat menyongsong kehidupan baru menuju Negeri yang maju, berdaulat, sejahtera, adil dan makmur.

Semoga!
Bandung, 4 Ramadhan 1444