Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Sembilan tahun Rezim Jokowi memimpin negeri ini, sudah cukup waktu bagi kita (rakyat Indonesia) melihat, menilai, dan memahami karakter para pejabat dan politikus di Indonesia. Ternyata, banyak pejabat kita terlibat korupsi, rusak moralnya, dan sebagiannya menyengaja menjerumuskan bangsanya sendiri ke jurang kehancuran. Tidak terkecuali mereka yang duduk di lembaga eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Demikian juga para politisi yang bernaung di bawah parpol, sebagian besarnya adalah para politisi busuk yang sepak terjangnya hanya mengejar duniawi untuk kepentingan pribadi berupa uang, jabatan, kemudahan lewat main belakang, dan popularitas.
Dampak nyata dari rusaknya moral para pemimpin kita, Indonesia mengalami kemunduran yang sangat jauh, bahkan kedaulatan Indonesia sudah diambang penjajahan Aseng secara total.
Semua laporan kemajuan tentang pengelolaan negara hanya direkayasa dan dibuat seolah-olah mengalami peningkatan. Padahal faktanya sebaliknya. Ibarat lantai yang di atasnya penuh sampah dan kotoran lalu ditutup dengan karpet baru sehingga seolah-olah bersih. Ketika karpet itu dibuka, ternyata di bawahnya penuh sampah dan kotoran, yang akhirnya memunculkan berbagai macam penyakit. Semua orang baru tersadar bahwa ternyata apa yang selama ini disampaikan tentang kemajuan semata-mara hanya bohong belaka.
Selama Jokowi memimpin (yang diarsiteki Luhut) kemajuan (prestasi) apa yang bisa dibanggakan ? : Ekonomi mikro hancur, Kesejahteraan rakyat tidak tercapai, penegakkan hukum yang berkeadilan amburadul, kemudahan kerja tidak ada malah sebaliknya, pemerintahan yang bersih tidak malah korupsi meraja lela, persatuan bangsa tidak terwujud yang ada perpecahan bangsa, infrastruktur yang mandiri tidak juga, malah dijual ke China , atau harga barang yang murah ? Apalagi ini, harga-harga mencekik. Yang mana prestasi Rezim Jokowi ?
Kerakusan (para pejabat) memang tidak pernah puas. Bahkan mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka ibarat rayap yang sedang menggerogoti kayu. Kayu itu sudah mau ambruk, tapi mereka terus saja tiada hentinya mengerogoti kayu itu. Jika saja orang rumah yang menyaksikan rayap-rayap itu membiarkannya, apa yang bakal terjadi ? Kayu keropos lalu runtuh.
Satu-satunya solusi untuk mencegah kayu itu ambruk adalah rayap-rayap itu harus disingkirkan, bisa dengan cara menyemprotkan racun rayap atau membuang rayap-rayap itu ke tempatnya di hutan.
Sinyalemen Anies Baswedan tentang adanya seorang Menko yang mau merusak demokrasi dengan merubah konstitusi, bukan isapan jempol. Gerakan senyap mereka sudah tercium baunya karena sudah bukan lagi gerakan bawah tanah, tapi sudah merambah ke permukaan tanah dan gerakannya sangat massif. Mereka terus bergerilya menunda pemilu atau memperpanjang masa jabatan Jokowi. Tapi di depan umum mereka terus berkata taat konstitusi dan Pemilu tidak akan ditunda. Itu ciri-ciri manusia munafik, hipokrit dan sengkuni.
Walaupun Anies tidak menyebut siapa Menko itu, semua orang sudah paham arahnya ke mana. Dia mungkin manusia paling berkuasa di negeri ini, tapi dia serakah, egois, pembela China; Dia juga yang merusak konstitusi (dengan membuat UU tentang covid-19, UU Minerba, KUHP, UU Cipta Kerja, dll. Dia hanya membela para penjajah (China) gaya baru, dan pembenci Islam dan umat Islam (yang lurus).
Rakyat tidak boleh diam dan lengah dengan semua ini. Karena manusia yang satu ini sepertinya tidak punya iktikad baik untuk negeri ini dan rakyat Indonesia. Yang selalu dibela hanya kepentingan pribadi dan demi China China dan China. Rakyat mau miskin, mau sengsara, atau mati tidak peduli.
Lawan setiap kezhaliman dan keinginan merubah (baca: merusak) konstitusi, undang-undang, hukum, dan aturan yang sudah dicanangkan oleh para pendahulu kita yang ingin negeri ini merdeka, berdaulat, sajahtera, aman, adil dan makmur.
Bandung, 25 Sya’ban 1444