Litbang Kompas baru saja merilis hasil survei yang dilaksanakan dari 25 Januari sampai 4 Fenruari 2023. Litbang Kompas juga merilis hasil tingkat kepuasan masyarakat kepada Pemerintahan Jokowi. Tapi hasil rilis kompas saat ini sangat lucu dan aneh.
Dari hasil rilisnya, ada yang logis, tapi kebanyakannya “ngarang” dan lucu. Kompas termasuk media prorezim Jokowi yang “anti” Anies, seperti juga media Tribun, Warta Ekonomi, dan sejumlah media sosial lain seperti Cokro TV, dll. Jadi hasil survei ini sepertinya hanya untuk menggembirakan atau pesanan rezim Jokowi dan para oligarki taipan sehingga jauh dari akurat.
Walaupun Kompas menyebutkan metode random bertingkat, tingkat kepercayaannya sampai 95% dan margin error hanya 2,83 % tapi secara fakta rilisnya tidak masuk akal sehat.
Hasil survei Litbang Kompas ini tak ubahnya lembaga-lembaga survei pelacur yang menyajikan data utak-atik dan rekayasa sehingga hasilnya berbanding terbalik dengan kenyataan. Tujuannya untuk penggiringan opini masyarakat untuk tujuan tertentu sesuai keinginan pemesannya.
Ini beberapa analisa secara sederhana :
Pertama, Tingkat Kepuasan Rakyat kepada Pemerintah Jokowi mencapai 69.8%*
Ini pasti ngarang dan lucu. Di tengah rakyat yang marah kepada Jokowi yang menaikkan harga BBM, menaikkan pajak, mencabut berbagai subsidi, kebutuhan bahan pokok yang naik tajam, pendidikan susah, kerja susah, PHK massal di mana-mana, upah buruh masih sangat murah, UU Cipta kerja yang menindas rakyat telah disahkan, dan janji-janji Jokowi tidak ada yang ditepati, tapi hampir 70% rakyat masih puas dengan kinerja Jokowi ?
Ajaib sekali.
Sedangkan secara fakta hampir semua pendukung Jokowi sudah beralih ke Anies. Coba pantau terus kunjungan Anies ke berbagai daerah, pantau juga kunjungan Jokowi ke daerah, yang datang ternyata yang dikasih amplop.
Angka 69.8% pastinya cuma untuk menyenangkan Jokowi dan bisa jadi seperti kebohongan big data yang disampaikan Luhut bahwa 110 juta rakyat menginginkan Jokowi 3 periode. Adakah Kompas mau menggiringnya ke sana ? Waspadalah.
Kedua, Pemilih partai PDIP 22.9% melebihi perehan suara di tahun 2019 yang hanya 19,33 %*
Tahun 2019 PDIP sedang solid-solidnya belum lagi dukungan dari Presiden incumbent. Namun suaranya masih di bawah 20%. Pertama, saat ini PDIP terjadi perpecahan, antara pendukung Puan dan pendukung Ganjar, di mana sebagian pendukung Ganjar sudah beralih partai; kedua, para pendukung PDIP diseluruh Indonesia, termasuk di “kandang banteng” di Jawa Tengah telah berbondong-bondong menjadi relawan dan pendukung Anies. Bagaimana mungkin suara PDIP malah lebih besar dari perolehan tahun 2019 ?
Ketiga, Perolehan suara Gerindra naik dari 12,57 % menjadi 14,3 %
Ini juga mengherankan.
Tahun 2019 Gerindra yang didukung oleh pendukung setia Gerindra, emak-emak, golongan non-Jokowi, dan umat Islam, tapi Garindra cuma dapat suara 12,57 %. Saat ini di mana emak-emak, pendukung non-Jokowi, dan umat Islam sudah beralih dukungan dari Gerindra, tapi perolehan suara partai malah naik 2% dari tahun 2019, pasti ini error, there is something wrong. Wah berani-beraninya Kompas menyajikan data ini, jelas ini hasil survey abal-abal dan lucu-lucuan. Hanya orang yang gak waras yang percaya hasil survey ini.
Keempat,Partai Nasdem yang di 2019 memperoleh suara 9,05. % sekarang jadi turun 7,3 %
Justru saat ini Nadem di posisi teratas menggeser PDIP, Gerindra, dan Golkar. Mengapa ? Karena hampir semua partai koalisi Pemerintah baik kader maupun grassroot -nya sudah ramai-ramai mendukung Anies dan sebagian besarnya beralih partai ke Nasdem. Bagaimana mungkin perolehan suara Nasdem malah lebih kecil dari tahun 2019 ?
Kelima, Suara PKS turun drastis dari 8.21 di tahun 2019 menjadi 4.8%
Ini nonsense. Karena pemilih PKS itu konsisten dengan pilihannya. Ditambah lagi sekarang sebagai partai pengusung Anies akan terkena coattail effect sehingga dipastikan suaranya akan naik, baik dari pemilih pemula, atau dari pemilih partai Islam pendukung Jokowi.
Keenam, Demikian juga perolehan suara Demokrat dan Perindo* akan jauh meleset dari fakta di lapangan.
Terhadap partai-partai lain mungkin tidak akan jauh beda, walaupun dari survei itu belum dimunculkan Partai Ummat, yang perolehan suaranya akan melebihi Perindo.
Secara keseluruhan hasil survey Litbang Kompas ini sangat tidak akurat, bertentangan dengan hasil survei Litbang Kompas pada bulan 0ktober 2022 di mana tingkat kepercayaan kepada partai pendukung Jokowi hanya 15.1%
Bisa disimpulkan bahwa hasil survey Litbang Kompas Februari 2023 adalah jauh dari akurat bisa jadi sebagai hasil pesanan rezim Jokowi topangan oligarki taipan Oleh karena itu, abaikan saja hasil survey ini.
Bandung, 1 Sya’ban 1444
Sholihin MS