Jokowi itu selalu merasa bisa berbuat seenaknya di negeri ini. Jokowi itu seorang hipokrit (munafik). Di depan bilang taat konstitusi, tidak berminat menambah masa jabatan, bahkan mengendors capres tertentu yang akan jadi penerusnya di Pemilu 2024, tapi di belakang terus kasak-kusuk dan gerilya untuk menunda pemilu. Jalan yang ditempuh dengan menyuap aparat desa (apdesi), para rektor, professor dan dosen, mengintimidasi para ketum partai koalisi, menempatkan “petugas istana” untuk menyusup ke parpol-parpol dan organisasi-organisasi tertentu, dan juga menyuap rakyat miskin dengan BLT. Jokowi adalah sosok yang tidak takut dosa, tidak peduli halal dan haram.
Semua langkah Jokowi yang melawan demokrasi, akal sehat, dan yang telah menjadi kesepakatan para founding fathers dilatarbelakangi oleh ketakutan dan ketamakan. Takut karena setelah lengser semua dosa politiknya bakal diproses hukum. Tamak karena demi mendapatkan kepuasan duniawi dan kekuadaan, rela “membantai’ lawan-lawan politiknya dan menghalalkan segala cara.
Gelagat Jokowi menunda Pemilu tercium oleh intellegent Amerika. Sepertinya langkah Jokowi susah dibendung. Sebenarnya jika MPR-nya waras, langkah Jokowi yang inkonstitusional bisa dicegah dengan memberi ancaman. Tapi rupanya MPR-nya sama-sama sedang tidak waras, sehingga semua pelanggaran Jokowi dibiarkan saja. Padahal dunia internasional terus memantau gerak-gerik Jokowi setiap saat.
Kunjungan Dubes Amerika ke Markas PKS bukan silaturahmi biasa. Itu kunjungan politik, sebagai warning ketas untuk Jokowi untuk tidak merusak demokrasi dengan menunda Pemilu dan juga, seperti ksts elit PKS, memperingatkan rezim Jokowi untuk tidak mengganggu Anies.
Jika sinyal kunjungan Dubes AS ke PKS ini tidak direspon baik oleh istana, langkah lebih tegas lagi akan dilakukan oleh Amerika. Akibat yang lebih serius yang akan diterima Jokowi adalah ditumbangkan (oleh kekuatan Amerika).
Jokowi yang terlalu condong ke China tidak disukai Amerika. Hubungan bilateral Indonesia-China sudah diluar kewajaran. Hubungan keduanya sudah seperti majikan dan budak. Sebagai budak, Indonesia terlalu mendewakan China, padahal China sedang menjerat Indonesia untuk bisa “dijajah”. Taktik China adalah “menyuap” para petinggi negara (para pengkhianat bangsa) baik dari. eksekutif, legislatif, maupun yudikatif agar China mudah memgintervensi Indonesia.
Kita akan awasi terus gerilya Jokowi dan antek-anteknya yang sedang menggalang kekuatan untuk tunda Pemilu. Jika Jokowi berani tunda Pemilu sehari saja, semua relawan dan pendukung Anies harus bergerak menggeruduk istana dan mengusir Jokowi dari istana karena secara konstitusi sudah bukan Presiden lagi.
Tidak ada toleransi bagi pelanggar konstitusi.
Bandung, 28 Rajab 1444
Sholihin MS