Dua kali berturut-turut podcast Akbar Faisal membuat konten untuk mendegradasi Anies. Yang pertama bersama Sandiaga Uno tentang perjanjian Anies dengan Prabowo, kedua dengan Erwin Aksa tentang hutang Anies kepada Sandiaga Uno sampai 50 miliar.
Tentu saja isi podcast itu perlu diklarifikasi. Walaupun rakyat sendiri sudah bisa menilai kebenaran isi informasi itu dan ke mana arah pengungkitan dua issue itu.
Tentang perjanjian Anies dengan Prabowo benarkah berkaitan dengan Pilpres 2024 ? Menurut Sudirman Said, tim kecil Anies, perjanjian itu berkait dengan Pilpres 2019 dan bukan Pilpres 2024. Anies sendiri sudah mengklarifikasi bahwa perjanjian itu hanya terkait dengan Pilpres 2019.
Biar rakyat tidak menebak-nebak, sebaiknya dibuka saja isi perjanjian itu. Nanti ketahuan siapa yang benar dan siapa yang bohong. Sekarang seperti menjadi bola liar dan menjadi makanan empuk bagi para buzzer rp dan Anies haters.
Bisa pastikan isi perjanjian itu tidak berkait dengan Pilpres 2024. Kenapa ?
Pertama, Siapa yang tahu kalau Anies mau maju di Pilpres 2024?
Bahkan sebelum Nasdem, Demokrat dan PKS mencalonkan Anies, sebenarnya Anies belum jadi siapa-siapa, masih sebagai mantan Gubernur DKI. Bagaimana mungkin Anies sudah memastikan sebagai capres sewaktu perjanjian itu?
Kedua, Siapa yang sangka Prabowo mau kalah di 2019, karena yang dimaksud oleh Anies adalah Pilpres 2019
Adakah Anies tahu (dibeto tahu) kalau kalau Prabowo mau nyapres di tahun 2024 ? Sudah pasti perjanjian itu tidak dimaksudkan untuk waktu-waktu yang akan datang.
Ketiga, Bukan salah Anies kalau Prabowo kehilangan dukungan dari rakyat yang dulu mendukungnya
Dengan berkurangnya dukungan rakyat kepada Prabowo seolah-olah gara-gara Anies nyapres. Jika saja pamor Prabowo masih tinggi, tidak mungkin Prabowo akan ditinggalkan Pendukungnya. Kenapa rakyat lari dari Prabowo ? Karena Prabowo telah “berkhianat” kepada para pendukungnya. Dulu waktu kampanye berjanji akan *timbul dan tenggelam bersama rakyat. Nyatanya, Prabowo tetap timbul tapi rakyat pendukungnya dibiarkan tengggelam.
Jadi sangat naif apabila ada elit Gerindra yang terus mengungkit soal perjanjiannya dengan Anies. Kecuali kalau memang disengaja untuk mendegradasi citra Anies. Tapi dijamin itu tidak akan terjadi, malah jadi bumerang menjatuhkan nama Prabowo sendiri.
Dalam kaitannya dengan hutang Anies kepada Sandiaga Uno yang sampai 50 miliar seperti dikemukakan Erwin Aksa juga harus ada kejelasan. Pertanyaannya :
1. Apakah hutang itu hutang pribadi atau berkaitan dengan kampanye pilgub ?
2. Apalah hutang itu ditulis di atas hitam putih atau sekedar saling percaya ?
3. Apakah hutang itu ada jatuh temponya ?
Jika hutang itu bersifat pribadi, seharusnya jangan dibeberkan di muka umum. Apa tujuannya. Sepertinya tidak mungkin, karena gaji Anies justru disumbangkan untuk kepentingan umat. Jika itu berkaitan dengan kampanye pilgub, kenapa disebut hutang Anies, bukankan Anies-Sandi telah memrnangkan Pilgub ? Kenapa tidak diselesaikan waktu keduanya masih menjabat ?
Silakan dibuka saja, karena hutang 50 miliar sudah pasti harus ada hitam di atas putih. Dan harus jelas kapan jatuh tempo hutang itu. Jika cuma omongan bisa jadi cuma isapan jempol atau ada niat buruk terhadap Anies.
Jangan biarkan rakyat dibawa untuk suuzhann. Menyebarkan berita buruk terhadap sesama Muslim dosanya sangat berat, apalagi kalau sudah fitnah maka ancamannya adalah neraka Jahannam dan siksa yang membakar (Q.S.Al-Buruj: 10)
Jangan-jangan, semua itu memang disengaja untuk menjatuhkan citra Anies ? Itu tidak akan terjadi. Semakin Anies dicitrakan buruk malah semakin dicintai rakyat.
Wis to, jangan bikin sensasi macam-macam. Wahai Prabowo bertarunglah secara ksatria. Menang kalah itu hanya ujian Allah. Jangan sampai demi sebuah kemenangan menghalalkan segala cara.
Bandung, 15 Rajab 1444
Sholihin MS