Masuknya KIB ke Koalisi Perubahan, Untung atau Rugi?

Sebenarnya dengan telah pastinya tiga partai (Nasdem-PKS-Demokrat) mengusung Anies sudah mencukupi persyaratan PT yang 20% (lebih dari 28%). Bahkan ketiga partai itu sudah berjuang dari awal dalam menghadapi segala hambatan dan rintangan, dan akhirnya telah mencapai kesepakatan tentang capres dan cawapresnya, yaitu Anies-Khofifah.

Saya yakin ketiga partai pengusung Anies dengan telah mengatasinya berbagai rintangan, mereka akan selalu solid dan all out dalam memperjuangkan Anies. Apa yang telah disepakati mereka dengan mencawapreskan Khofifah juga sebuah keputusan yang sangat cerdas. Sejauh ini apa yang telah dilakukan oleh ketiga partai koalisi perubahan sudah on the track dan sangat tepat.

Ketika tiba-tiba ada kabar masuknya partai lain kedalam koalisi perubahan, saya khawatir akan mengganggu kesolidan dan keharmonisan hubungan ketiga partai yang telah terjalin secara baik dari awal perjuangan untuk menyatukan visi misi, persepsi dan langkah-langkah mereka.

Sebenarnya dengan masuknya partai atau beberapa partai baru mempunyai pengaruh plus minus.

Berikut analisanya ;
Keuntungannya

Pertama, Menambah peluang untuk Menang.
Dengan bertambahnya partai koalisi yang sejalan dengan keinginan grassroot akan lebih memastikan kemenangan. Apalagi partai baru yang akan bergabung adalah partai-partai besar seperti Golkar, PKB, dll.

Kedua, kekuatan koalisi di legislatif semakin besar sehingga pemerintahan tidak mudah digoyang

Dalam artian akan terjadi balancing, tidak juga terlalu didominasi oleh salah satu pihak, apakah pihak pemerintah atau pihak oposisi. Jika terlalu dominan pihak pemerintah akan terjadi otoriterisme seperti yang terjadi di rezim Jokowi. Di rezim Jokowi hampir semua produk undang-undang bermasalah. Hanya di rezim Jokowi pemerintahahan demokrasinya sangat otoriter, amburadul, salah arah, dan tidak bermutu. Tapi jika oposisi terlalu kuat juga pemerintah tidak stabil, tidak bertahan lama. Seperti yang terjadi di era Habibie dan Gusdur.

Baca juga:  Bahlil: Kalau Dipimpin Presiden Pandai Bicara Lebih Baik Jadi Rektor, Sindir Anies Baswedan?

Ketiga, Pengeluaran dana Pilpres lebih ringan karena yang menanggung lebih banyak

Dengan banyaknya partai yang menanggung biaya pilpres, diharapkan bisa melepaskan diri dari ketergantungannya kepada oligarki para taipan. Jika sudah bisa lepas ketergantungannya dengan para oligarki taipan, pemerintahan akan lebih mandiri dan berwibawa. Karena selams ini partai-partai dan kekuasaan tersandera oleh oligarki taipan karena keterhantungan pendanaan dari mereka.

Kerugiannya

Pertama, Sulit untuk mencapai kesepakatan secara bulat

Bahkan bisa terjadi conflict of interest sehingga membuat kebijakan tertentu tidak optimal. Ini akan menghambat kinerja Pemerintah.

Kedua, Dengan banyaknya parpol koalisi maka makin berkurangnya keterlibatan kaum profesional yang duduk di kabinet

Dulu Jokowi berjanji untuk tidak terlalu melibatkan orang parpol dalam kabinet, akan mengutamakan kaum profesional. Nyatanya, karena Jokowi melibatkan hampir seluruh parpol koalisi, sehingga kabinet diisi oleh orang-orang parpol yang belum memenuhi syarat. Sehingga etikabilitas, intelektualitas, dan kapasitas bukan lagi menjadi prasyarat seorang menteri. Akhirnya pemerintahan Jokowi kacau balau. Hal serupa bisa terjadi kepada Anies jika dari awal tidak ada komitmen dan ikrar bersama untuk lebih mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan partai.

Baca juga:  Mantan Wakapolri Bangga dan Dukung Anies di Pilpres 2024

Ketiga, Jika partai yang bergabung adalah sarang koruptor

Bisa-bisa penanganan hukum akan pincang, tebang pilih dan tidak adil. Penanganan hukum di rezim Jokowi sangat rusak, karena hukum dikendalikan oleh para koruptor. Di rezim Jokowi koruptor diberi karpet merah, terutama para koruptor yang berhubungan dengan para taipan dan “orang-orang kuat” hampir tidak tersentuh hukum. Jika partai-partai pengusung Anies sarang koruptor, penegakkan hukum akan tumpul.

Jika Anies telah menjadi Prsiden, Anies harus istiqamah tegak lurus dalam menegakkan hukum. Mungkin pelajaran dari Rasulullah saw patut jadi bahan inspirasi :

Jika anak saya, Fatimah mencuri, pasti akan (tetap) saya potong tangannya

Semoga koalisi perubahan bisa tetap berada di rel yang benar.

Bandung, 12 Rajab 1444
Sholihin MS