Tenaga Ahli Utama Kepala Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mengklaim keturunan Bali.
“Keluarga saya ada dari Seririt, Singaraja, Denpasar. Ayah saya orang Bali, my grand father from Seririt Singaraja. Kami keluarga besar dari Singaraja, kakek saya orang Bali,” kata Ngabalin dalam video yang beredar.
Saat orang-orang Bali datang ke KSP, Ngabalin akan membantu warga Pulau Dewata jika ada masalah. “Orang Bali datang ke KSP ketemu kepala staf dan saya sudah bilang ke Pak Wayan Koster ada urusan apa-apa dengan Bali hubungi orang Bali, Ali Mochtar Ngabalin,” jelas Ngabalin.
Ngabalin lahir di Fakfak, Papua Barat pada 25 Desember 1968. Setelah menyelesaikan pendidikannya di SD Inpres, ia memilih untuk mendalami ilmu agamanya dengan melanjutkan studi ke Madrasah Tsanawiyah, Aliyah di Fakfak, hingga Mualimin Muhammadiyah di Makassar.
Selanjutnya Ngabalin menempuh pendidikan sekolah tingginya di IAIN Alauddin Makassar dan lulus pada tahun 1994. Tak berpuas diri, ia melanjutkan pendidikan pasca sarjananya pada bidang Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia dan meraih gelar doctor dari Universitas Negeri Jakarta pada 18 Maret 2013 lalu.
Kiprahnya di dunia politik diawalinya dengan bergabung Partai Bulan Bintang. Pada tahun 2004, ia terpilih sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi melalui Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan II.
Selain kiprahnya di bidang politik, Ngabalin berprofesi sebagai Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia di Makassar dan Pimpinan Pondok Pesantren Darul Fallah di Palu. Ia pun dipercaya sebagai Dosen Luar Biasa Pasca Sarjana Institut Agama Islam Al Aqidah, Jakarta.
Pria yang didapuk sebagai Ketua DPP Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) ini juga dipercaya sebagai direktur eksekutif di berbagai Lembaga nirlaba salah satunya Adam Malik Center.
Lama berkiprah di Partai Bulan Bintang, pada tahun 2010 Ngabalin memilih pindah ke Partai Golkar dengan jabatan Wakil Sekretaris Jenderal. Ia sempat menduduki posisi strategis sebagai juru debat tim pemenangan Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014.
Ngabalin pernah melontarkan argumen kontroversial yang mengkritik Presiden Jokowi yang dianggap tidak bisa menepati janji kampanyenya di tanah Papua.
Pada tahun 2018, justru hal di luar dugaan terjadi. Ngabalin direkrut sebagai Tenaga Ahli Utama Kepala Staf Presiden (KSP) yang tepat berada di bawah Deputi IV KSP.
Pada awalnya, Ngabalin dihubungi oleh Staf Khusus Presiden Nico Harjanto yang menyampaikan pesan dari Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan mengajak dirinya bergabung.
Bagi Ngabalin, kesempatan ini justru peluang bagus agar ia bisa menjadi jembatan antara kepentingan ulama dan pemerintah. Selanjutnya Ngabalin muncul dan lebih terkenal sebagai Juru Bicara Jokowi padahal jabatannya adalah Tenaga Ahli Utama Kepala Staf Presiden.