Ahok, Gubernur DKI yang Memainkan Politik Identitas

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan Gubernur DKI Jakarta yang memainkan politik identitas. Ia bukan hanya menyerang Islam, Kristen juga diolok-olok untuk dijadikan bahan tertawaan.

“Seolah-olah Ahok adalah korban politik identitas. Padahal dia yang mulai memainkan politik identitas. Mengapa bisa seperti itu? Jawabnya adalah tim buzzer yang ada di belakangnya yang melempar isu tersebut. Mereka memainkan cara playing victim. Seolah korban, padahal pelaku,” Warga Jawa Timur Sulistyanto Soejoso dalam artikel berjudul “Politik Para Pecundang: Menebar dan Melempar Buah Busuk”

Ahok pernah meledek ajaran Kristen. Dalam satu rapat resmi di Pemprov DKI Jakarta, dia pernah berucap seperti ini:

“Konyolnya orang Kristen tuh mereka pasti masuk surga. Itu ajaran Kristen itu agak konyol tuh. Kalau Islam lebih realistis. Masih mudah-mudahan. Timbang-timbang mana pahala mana dosa tuh. Jadi orang Islam itu nggak berani mengklaim pasti masuk surga.”

Dalam rapat kerja yang berbeda, Ahok juga melontarkan pernyataan-pernyataan ngelantur bernuansa SARA. Rekaman video dibuat dan mulai beredar September 2016. Jadi sebelum pilkada 2017. Pernyataannya seperti ini:

“Pasangin wifi. Nanti kita bisa bikin tuh sama si marbotnya. Ada paswordnya tuh wifi, ya nggak? Surat Al Maidah 51, ya kan? Passwordnya kafir.”

Pernyataan Ahok itu, Kata Sulistyanto tak ada yang berani menegurnya. Bahkan Djarot Saiful Hidayat, Wagub, yang duduk di sampingnya terlihat ketawa-ketiwi juga saat Ahok melontarkan kalimat-kalimat kasar tersebut.

“Bila Djarot berpikir tentang persatuan dan kebangsaan, sudah seharusnya dia berani menegur ucapan Ahok. Sebab, ucapan tersebut sangat sensitif,” paparnya.

Kata Sulistyanto, jika Ahok berpikir sebagai negarawan dan memikirkan persatuan dan perdamaian, sudah seharusnya dia tak mengucapkan hal itu. Ucapan-ucapan tersebut justru yang memecah warga negara dan terkotak-kotak.

“Celakanya, dia punya buzzer-buzzer yang membenarkan semua tindakannya. Meskipun di mata kebijakan publik atau pun hati nurani, ucapan dan tindakan tersebut salah, tapi tetap dibela dan dianggap benar,” paparnya.

Para buzzer, melengkapi buah busuk yang ditebar oleh Ahok. Buah tersebut, oleh buzzer dilempar ke pihak lain dan dituduhkan sebagai pemain politik identitas. Padahal, Ahok sendiri yang memulainya. Sekarang, buah busuk tersebut dilemparkan ke pihak lawan, khususnya Anies Baswedan. Padahal, buah tersebut ditebar oleh kelompok mereka.

Tapi, ada satu pertanyaan penting. Mengapa Anies Baswedan diserang terus dengan isu politik identitas dan intoleransi? Padahal fakta di lapangan Anies Baswedan sangat toleran. Mengapa?

“Sebab mereka tahu, tak mungkin menyerang kinerja Anies Baswedan. Semua program Anies terbukti menerapkan keadilan sosial dan mampu membahagiakan warga Jakarta. Jadi, tak ada cela bila harus mengkritik program kerja Anies Baswedan,” pungkasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News