Warga Maluku Utara tidak menikmati hasil tambang dan uangnya lari ke China. Pelaku UMKM Maluku Utara juga tidak bisa berperan di industri pertambangan yang dikuasai China
“Pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara 27 persen di saat Covid dan resesi dunia. Hanya kami, 27 persen yang tumbuh pertambangan dan industri. Kami tidak menikmati pertumbuhan itu Pak Presiden. Uangnya keluar semua. yang menikamti Tiongkok (China),” kata Pakar Ekonomi Maluku Mukhtar A Adam dalam video yang beredar di media sosial.
Kata Muchtar, pertumbuhan ekonomi di Halmahera, Maluku Utara hanya industri pertambangan dan penikmatnya bukan warga setempat. “Kalau bapak presiden mengunjungi Ternate dan Bank Indonesia menyebut angka pertumbuhan 3,3 persen, konsumssi kami hanya 2,1 persen. bahkan konsumsi kuartal 3 minus 0,48 berarti daya beli kami menurun,” paparnya.
Muchtar mengatakan, para petani di Maluku Utara tidak ada yang kaya sebagaimana disebut ada pertumbuhan yang mencapai 27 persen. “Petani kami tidak ada yang kaya, harrga kopra anjlok dari Rp12.500 per kuartal satu turun menjadi Rp3000 per kg kuartal 3. daya beli kami turun. kami sudah menjaga,” ujar Muchtar.
“Seluruh pengusaha dari Jakarta datang, pelaku UMKM tidak ada yang masuk ke industri dan tidak menjadi pemain di industri tambang. UMR tidak naik,” pungkasnya.