Banyak yang tidak mengetahui kader Muhammadiyah Fachrur Rozi sebagai agen intelijen. Layaknya seorang agen intelijen, profesinya itu tidak begitu dikenal banyak orang.
Fachrur Rozi lahir 10 Agustus 1925 di Yogyakarta merupakan alumni pertama sekolah intelijen. Ia bersentuhan dengan dunia telik sandi saat bertemu dengan Zulkifli Lubis yang sama-sama belajar di Sekolah Menengah Tinggi B Yogyakarta.
Zulkifli Lubis mengajak mengajak Fachrur Rozi ikut di dunia intelijen. Setelah Jepang masuk, Zulkifli Lubis mendaftar di PETA. Setelah Indonesia Merdeka, Zulkifli Lubis bergabung di Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kelak menjadi TNI.
Di BKR inilah Zulkifli Lubis atas persetujuan Menteri Pertahanan Amir Syarifudin dan Jenderal Sudirman mendirikan Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI) dan Field Preparation (FP) sebagai organ propaganda intelijen untuk kemerdekaan Indonesia.
Zulkifli Lubis ditunjuk menjadi ketuanya.Anggota BRANI dan FP berasal dari pelajar dan anggota gerilyawan yang terpelajar. BRANI dan FP adalah organ dan sekolah intelijen pertama di Indonesia. Para siswanya langsung direkrut menjadi anggota Intelijen. M. Fachrur Rozi bergabung di BRANI dan FP, setelah sebelumnya mengikuti pelatihan khusus intelijen di Ambarawa dengan meluluskan 30 siswa.
Dikutip dari suara muhammadiyah, sebagai agen intelijen, Fachrur Rozi banyak bertugas di luar negeri diperbantukkan sebagai staf Kedutaan Besar RI.
Sebagai agen intelijen, Fachrur Rozi pernah bertugas di Singapura, Malaysia, Myanmar dan Thailand.
Fachrur Rozi setelah Kembali ke Yogyakarta mulai aktif di Pemuda Muhammadiyah. Pada masa kepemimpinan Ahmad Azhar Basyir di tahun 1954, M. Fachrur Rozi diberi Amanah menjadi anggota seksi hubungan luar negeri. Untung Cahyono dalam tesisnya AMM dalam Dinamika Muhammadiyah 1918-1967 menjelaskan, di tengah perjalanan kepemimpinannya, Ahmad Azhar Basyir mengundurkan diri, karena studi lanjut di Iraq selama 2 tahun. Selanjutnya tampuk ketua dipegang oleh Baried Ishom sampai tahun 1959. Pada masa kepemimpinan Baried Ishom, Fachrur Rozi diberi amanah menjadi wakil ketua.
Di Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke 2 tahun 1959 yang dilaksanakan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, M. Fachrur Rozi terpilih sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah dan Sekretaris diamanahkan kepada Djaldan Badawi. M. Fachrur Rozi dan Djaldan Badawi adalah sosok yang saling mengisi. M Fachrur Rozi memiliki mobilitas yang tinggi dalam mengembangkan Majelis Pemuda Daerah (PWPM dan PDPM) di seluruh Indonesia. Sedangkan Djaldan Badawi memiliki kepekaan pada urusan keorganisasian, kesekretariatan dan sistem perkaderan di Pemuda Muhammadiyah.