Perang Dukun Menjelang Pilkada dan Pilpres

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Diakui atau tidak, peran dan perang dukun menjelang dan saat pesta demokrasi selalu saja menjadi salah satu pilihan peserta pemilu, baik itu Pilkada maupun Pilpres

Menjelang Pilkada – Pilpres akan diisi dengan perang para dukun untuk memenangkan calonnya yang didukung dan atau yang meminta jasa pertolongannya.

Peran paranormal atau dukun sebagai sugesti atau kekuatan spirit kepada pihak yang meminta jasa bantuannya untuk lebih optimis dalam menyongsong kemenangannya.

Fenomena munculnya adu kuat paranormal pada panggung belakang setiap kontestasi politik tidak terlepas dari masih kuatnya kepercayaan klenik di masyarakat. Paranormal masih cukup kuat diminati dan dipercaya masyarakat luas.

Aroma meminta jasa dukun juga terjadi di negara yang mengaku paling rasional di AS. Seorang dukun melakukan ritual mistik memegang ular di depan gambar Presiden AS Donald Trump, di dalam sebuah apartemen di Lima, Peru, Rabu (16/9/2020). Para dukun berkumpul untuk memprediksi siapa pemenang dari pemilihan presiden AS yang akan dihelat pada 3 November 2020.

Para dukun shaman di Peru mencoba meramal siapa yang akan menjadi presiden Amerika Serikat (AS) selanjutnya. Dengan mengenakan pakaian warna-warni, asap dupa, bunga, foto calo presiden (capres) petahanan Donald Trump dan capres Joe Biden mereka memulai ritualnya

Ada dukun yang cerdik dengan membaca perkembangan politik yang berkembang, guru dukun Shaman, Ana Maria Simeon, yang ikut dalam ritual tersebut saat ditanya Reuters secara pribadi mengaku meramalkan Biden yang akan jadi Presiden.

Dukun yang dimaksud tidak saja beraliran hitam. Akan muncul juga para paranormal  syar’i yang akan menuntun dan  membantu para calonnya untuk bertarung.

Paranormal syar’i sering disebut paranormal putih guna menjaga keberkahan anugerah ‘ilmu tilik’ senantiasa menjaga pantangan keduniawian tidak memasang tarif jasa pada setiap advisnya. Bahkan yang berangkutan tidak akan berani meramal karena memang disamping dosa juga tidak akan bisa meramal.

Bahkan misinya dakwah, agar yang meminta jasanya diarahkan untuk tetap memohon pertolongan kepada Sang Pencipta dengan advis tuntunan doa doa dan laku prihatin yang dibenarkan oleh syar’i .

Bagi yang meminta bantuan pada dukun (yang sering disebut dukun hitam) pasti akan tersesat. Dipercayai sumber bantuan panduannya dari bisikan makhluk halus dikenal bangsa jin.

Sangat mungkin peminta jasa dukun tidak paham seluk belul khidupan Jin yang sebenarnya tidak tahu apa apa selain berbohong. Kehidupan jin dalam kehidupannya sama dengan manusia memiliki status yang berbeda beda. Ada pangkat jendral ada kopral ada pemimpin ada yang hanya jadi jongos, ada yang cerdas dan ada yang bloon

Dalam pandangan Islam sangat jelas melarang manusia untuk mempercayai para dukun peramal nasib. Karena, hakikatnya, mereka itu tidak mengetahui. Mereka hanya mengaku-ngaku tahu.

Suatu ketika, Rasulullah SAW ditanya soal dukun peramal nasib. Kata beliau : “Mereka tidak ada gunanya”. Ya Rasulullah, bukankah apa yang mereka katakan terkadang menjadi kenyataan?” tanya beberapa sahabat lebih lanjut.

“Rasulullah SAW menjawab, ”Itu sebetulnya berasal dari kabar berita jin yang sudah bercampur dengan kebohongan. Setelah itu, ia membisiki para dukun peramal nasib” (HR Bukhari dari Aisyah).

Para peramal nasib memiliki hubungan erat dengan jin. Mereka selalu berusaha memalingkan keyakinan dan akidah keimanan manusia kepada makhluk-makhluk gaib ciptaan Allah SWT. Mereka menghembuskan keragu-raguan terhadap diri manusia, yang pada gilirannya menggelincirkan umat manusia ke jalan kesesatan yang nyata.

“Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang mendatangi para dukun peramal nasib, lalu ia membenarkan apa yang mereka katakan, maka ia telah kafir terhadap apa yang turun kepada Muhammad” (Alquran).” (HR Ahmad dari Abu Hurairah).

Siapapun para pemeran politik menjelang Pemilu – Pilkada dan Pilpres yang meminta jasa perdukunan, sesungguhnya bukan saja sebodoh bodohnya manusia tetapi dia sedang pada kesesatan yang nyata.