Sastrawan Politik: BBM Naik, Jokowi Turun

Masyarakat ingin keadilan ketika Bahan Bakar Minyak (BBM) naik, Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun dari jabatannya.

“BBM naik Jokowi turun. Itu baru seimbang. Karena, beban dipimpin Jokowi jauh lebih berat ketimbang beban kenaikan BBM. Kalau BBM jadi naik, kompensasinya Jokowi turun,” kata Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (28/8/2022).

Kata Khozinudin, rakyat akan memaksa menurunkan Jokowi ketika pemerintah menaikkan harga BBM.

“Tidak usah menunggu 2024, pokoknya seketika BBM naik Jokowi turun. Kalau tidak mau turun, rakyat akan turun ke jalan menuntut Jokowi turun. Kalau tidak mau turun, terpaksa diturunkan,” tegasnya.

Baca juga:  Terbongkar, GAR ITB Organisasi Ilegal tak Tercatat di Kemenkumham

“Habisnya, kalau diajak adu argumentasi tidak mau mendengar rakyat. Ditanya biaya produksi BBM yang ngebor di bumi Indonesia, jawabnya selalu pakai harga minyak dunia. Diajak harga seperti di Malaysia, mintanya disamakan dengan Singapura, Thailand dan Jerman,” papar Khozinudin.

Kata Khozinudin, Pemerintah hanya fokus memikirkan kantong APBN, tidak peduli kantong rakyat. Pemerintah sibuk berbusa beban subsidi rakyat, tapi tidak pernah mikir APBN dibiayai dari pajak rakyat.

“Pemerintah hanya sibuk menghitung kenaikan harga minyak dunia, dan beban subsidi BBM. Pemerintah tidak jujur, kenaikan harga komoditi lain seperti sektor pertambangan batu bara, nikel, menyumbang APBN dan bisa menambal subsidi BBM,” ujarnya.

Baca juga:  PAN Dorong Pemerintah Subsidi Gaji Karyawan Cegah PHK

Begitu juga DPR. Bukannya membela rakyat yang diwakili, malah asyik nimbrung mengikuti irama pemerintah. Malah beri angka kenaikan 30 %, atau harga pertalite Rp 10.000/liter.

“DPR bukannya mewakili rakyat, malah menjadi corong eksekutif. Bukan membela rakyat, DPR justru menyerahkan leher rakyat,” pungkas Khozinudin.