Membaca Arah Dukungan Jokowi di Pilpres 2024

Oleh: Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)

Jokowi, Ganjar Pranowo dan Erick Thohir tampak makin ‘mesra’. Ketiganya tampak saat car free day (CFD) di Solo, Ahad 7 Agustus 2022.

Tidak kali ini saja momen keakraban antara Jokowi dan Ganjar Pranowo tampak ke publik. Ketika Rakernas Pro-Jokowi (Projo), Mei 2022 silam keduanya juga sangat akrab.

Apakah momen keakraban Presiden Jokowi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri BUMN Erick Thohir yang balihonya bertebaran di berbagai sudut kota di Indonesia, pertanda sinyal Jokowi mendukung duet Ganjar-Erick atau Jokowi mendukung salahsatunya untuk nyapres di 2024 andai Ganjar Pranowo terganjal di PDIP? Duet Puan Maharani-Erick Thohir atau Erick Thohir-Puan Maharani.

Kalau faktor kedekatan menjadi ukuran Jokowi dukung mendukung. Tentu saja Jokowi tidak hanya dekat dengan Ganjar dan Erick. Jokowi juga dikenal cukup dekat dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan dan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.

Benarkah diam-diam Jokowi pindah ke lain hati? Presiden Jokowi mendukung Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan yang punya kans kuat menang Pilpres 2024. Apalagi dalam berbagai kesempatan seperti diajang Formula E dan kehadiran Jokowi dalam pernikahan putri Anies Baswedan dapat juga dibaca sebagai isyarat Jokowi mendukung Anies. Plus banyaknya kader PSI pindah haluan dengan mendukung Anies Baswedan sebagai sinyal tertentu.

Lalu bagaimana dengan Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang kabarnya juga didukung Jokowi untuk nyapres yang keempat kalinya di 2024?

Bahkan Komunitas Jokowi-Prabowo (Jokpro) sudah tersebar di 34 propinsi. Selain itu, Sekretariat Bersama Jokowi-Prabowo telah menggelar jalan santai (funwalk) untuk mendeklarasikan capres dan cawapres yang bakal diusung di Pemilu 2024 akhir Juli 2022.

Mengapa pula ada duet Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar? Benarkah duet Jokowi-Prabowo atau Prabowo-Jokowi dan Prabowo-Cak Imin sebagai upaya memecah kongsi PDIP-Gerindra yang kabarnya akan mengusung duet Prabowo-Puan Maharani? Atau PKB akan ditarik dalam koalisi PDIP-Gerindra.

Dengan pecahnya kongsi antara Prabowo-Puan Maharani akankah tiket nyapres dari PDIP akan berlabuh ke Ganjar Pranowo atau Erick Thohir? Benarkah ini rangkaian dari zig-zag politik oligarki untuk membuyarkan rencana koalisi PDIP dan Gerindra?

Rumor yang berkembang sedang terjadi “pertarungan” politik sangat tajam antara kubu Presiden Jokowi dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri (MSP). Kabarnya MSP tak rela mencalonkan Ganjar Pranowo dan ‘mendepak’ Puan Maharani dari arena Pilpres 2024. Kemungkinan duet Puan Maharani-Erick Thohir atau Erick Thohir-Puan Maharani sebagai kompromi politik antara Jokowi dan MSP.

Soalnya, duet Jokowi-Prabowo hampir tak mungkin terealisasi lantaran konstitusi Indonesia hanya memperbolehkan seseorang menjabat presiden dua periode. Peluang amandemen UUD 1945 Pasal 7 kecil kemungkinan. Sama halnya dengan ide penambahan masa jabatan Jokowi 3 (tiga) tahun sampai tahun 2027. Tidak memiliki landasan konstitusional yang justru bisa memicu gejolak sosial. Sedangkan duet Prabowo-Jokowi menyisakan tanda tanya. Apakah Jokowi mau turun kelas dari RI-1 ke RI-2? Membuka celah Jokowi presiden tiga periode tanpa amandemen UUD 1945 Pasal 7 andai Jokowi bersedia menjadi Cawapresnya Prabowo.

Lantas melalui partai apa bila Ganjar-Erick gagal mendapatkan tiket nyapres dari PDIP? Desas-desus berkembang menyebutkan melalui “pertarungan” di Partai Golkar khususnya melalui Faksi LBP dan isu turunnya ambang batas minimal persyaratan pencalonan presiden atau presidential threshold dari 20 persen menjadi 10 persen. Bahkan tidak menutup kemungkinan Presiden Jokowi mengeluarkan Perppu nol atau 10 persen andai Mahkamah Konstitusi menolak judicial review UU No 7 tahun 2017 Pasal 222 tentang Presidential threshold yang diajukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Wallahua’lam bish-shawab

Jakarta, 12 Muharram 1444/10 Agustus 2022

Simak berita dan artikel lainnya di Google News