Oleh: Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)
Ingat BBM jenis Premium hilang dipasaran. Sekira bulan November 2020 Premium sudah hilang dipasaran. Kala itu, tulisan premium di mayoritas SPBU sudah ditimpali stiker merah. Pengumuman kenaikan BBM subsidi khasnya orde baru hingga SBY pun sudah tak ada lagi di periode kedua Jokowi.
Sejak 2018 sudah mulai pembatasan BBM jenis premium. Sudah mulai langka mencari premium alias bensin di beberapa kota di Indonesia.
Hal serupa terjadi dengan Pertalite. Mulai tadi malam beberapa SPBU di Bandung mulai langka BBM jenis Pertalite. Modus Premium hilang dipasaran tampaknya akan dicopy paste oleh Pertalite.
Dalam beberapa hari ini kita disibukkan oleh instal aplikasi My Pertamina yang kontroversial itu. Rakyat bukannya dimanjakan dengan berbagai kemudahan justru dibikin ribet oleh aturan yang tidak logis.
Apalagi aplikasi My Pertamina hanya terhubung dengan satu platform LinkAja. Beda dengan e-money yang terhubung dengan beberapa bank plat merah dan swasta. My Pertamina dimonopoli satu platform, LinkAja. Kabarnya lagi, ada saham Gojek di LinkAja. Kecurigaan makin menjadi-jadi. Biaya top up Rp 1.000 menjadi perbincangan publik. Ada tudingan ‘perampokan’ modus baru.
Perhatian kita mulai teralihkan oleh ketersediaan Pertalite di SPBU. Saat publik gaduh dengan aplikasi My Pertamina dan LinkAja, ketersediaan Pertalite di SPBU sudah mulai langka.
Biasanya akan diikuti oleh isu baru. Isu besar menggelinding untuk menutupi hilangnya Pertalite dipasaran. Rakyat ‘dipaksa’ beralih ke BBM non subsidi, Pertamax.
Mirip dengan BBM jenis Premium akhir tahun 2020. Diperkirakan hilangnya Pertalite dipasaran akan diikuti oleh BBM jenis baru. Entah apa namanya. Harganya menurut informasi yang beredar lebih dari Rp 12.000 per liter.
Inilah khasnya rezim, meminjam istilah Rizal Ramli, rezim peng-peng alias rezim penguasa sekaligus pengusaha. Mengambil kesempatan dalam kesempitan. Launching agenda terselubung di tengah kegaduhan instal My Pertamina dan LinkAja.
Digorengnya isu tertentu untuk menutupi kelangkaan Pertalite. Waspada isu nasional sebagai pengalihan isu hilangnya Pertalite dipasaran. Lagi-lagi rakyat ‘dipaksa’ beralih ke BBM lebih mahal. Rakyat menjerit dan menangis. Potensi munculnya gejolak sosial dan politik. Memancing rakyat marah. Awas elit politik tertentu bermain untuk perpanjangan masa jabatan presiden!
Tak terasa Pertalite hilang di pasaran dan RUU KUHP yang tengah menjadi sorotan publik akan benar-benar menghilangkan Pertalite dipasaran mengikuti Premium yang sudah hilang terlebih dahulu.
Publik mudah sekali ‘digiring’ opini. Medsos ribut dan gaduh atas ‘perilaku’ nyeleneh rezim. Kita sibuk ‘bertengkar’ dan ngeshare hal-hal yang tidak substansial. Sementara rezim diam-diam bermanuver di belakang layar.
Rakyat kecolongan lagi. Kecolongan terus. Kecolongan selama-lamanya. Kecolongan tengah malam KPU menetapkan pemenang Pilpres. Tengah malam kecolongan lagi DPR mengesahkan UU Omnibus law Cilaka. Jangan-jangan RUU KUHP juga disahkan saat rakyat sedang tertidur pulas.
Cermati tiga kata ini. Kecolongan. Tengah malam. Kegaduhan. Pasti ada ‘sesuatu’ yang sedang dimainkan. Diam-diam membuat kita tersadar dari permainan rezim peng-peng by oligarki neo kapitalisme.
Bandung, 4 Dzulhijjah 1443/4 Juli 2022