Lembaga survei telah menyesatkan publik dari pokok permasalahan bangsa Indonesia dalam menghadapi Pemilu 2024.
“Hiruk pikuk pencapresan saat ini oleh berbagai pihak dan lembaga survei tidak produktif dan menyesatkan karena mengubur masalah mendasar yang bersembunyi di balik hingar bingarnya,” kata Guru Besar ITS Prof Daniel Mohammad Rosyid dalam artikel berjudul “Merancang Kembali Pemilu”
Kata Daniel, kedaulatan rakyat tidak lagi bisa diserahkan pada MPR sebagai lembaga tertinggi negara pada saat mekanisme check and balances buntu di semua lini, dan prinsip-prinsip keterwakilan yang bermusyawarah dengan dipandu oleh hikmah kebijaksanaan terus ditelantarkan.
“Pemilu apapun yang akan dilakukan akan semakin memilukan publik walaupun sering dibungkus sebagai pesta demokrasi. Pesta mbelgedhes,” jelas Daniel.
Selain itu, Daniel mengatakan, pembatasan masa jabatan hanya satu periode sangat penting karena beberapa alasan sebagai berikut. Pertama, prinsip bahwa jabatan itu amanah yang tidak layak dikejar-kejar, tetapi sebuah tugas yg diberikan publik untuk segera diselesaikan dengan penuh tanggungjawab.
“Meninggalkan jabatan yang belum selesai untuk meraih jabatan lain yang lebih luas kewenangannya adalah sikap tidak terpuji. Memperpanjang masa jabatan bertentangan dengan prinsip amanah,” tegasnya.
Kedua, kata Daniel, semakin lama menjabat jabatan yang penting dengan kekuasaan besar berpotensi korupsi. Sebagaimana adagium Lord Acton : power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely.
“Ketiga, melahirkan kepemimpinan yang segar, sehingga terjadi regenerasi kepemimpinan yang sehat. Keempat, dengan membatasi masa jabatan hanya 1 periode saja, pejabat tersebut akan segera fokus pada hari pertama dilantik hingga hari terakhir masa jabatannya. Membuka peluang petahana atau incumbent telah terbukti membawa perilaku kepemimpinan yang buruk,” pungkas Daniel.