Oleh: Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)
Rabu kemarin (15/6) Presiden Jokowi kembali melakukan reshuffle kabinet jilid tiga di periode kedua Jokowi. Dua menteri baru masuk kabinet dan tiga wakil menteri.
Tidak ada perubahan monumental di reshuffle kabinet jilid tiga. Kabar akan ada berita besar tentang pencopotan Luhut Binsar Panjaitan dari Menteri Koordinator Maritim dan Investasi tidak terbukti sama sekali. Hal ini semakin meneguhkan pengaruh Luhut Binsar Panjaitan semakin kokoh dan kuat.
Kita menangkap pesan bahwa reshuffle kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin untuk ketiga kalinya dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini sebagai:
Pertama, Politik Akomodatif Jokowi setelah Partai Amanat Nasional (PAN) resmi bergabung ke dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin setahun yang lalu.
PAN dalam setahun terakhir telah lulus uji loyalitas sebagai pendukung Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin. Terakhir, PAN telah membuktikan loyalitasnya dengan usulan penundaan Pemilu yang secara otomatis memperpanjang masa jabatan Jokowi-Ma’ruf Amin dan bergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu bersama Golkar dan PPP.
Posisi yang dijabat Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan terbilang strategis. Salahsatu pos kementerian basah. Sejarah pertama bagi PAN dapat pos Menteri Perdagangan. Sebelumnya, PAN sering mondar-mandir di Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara/Reformasi Birokrasi.
Kedua, Ruang Jokowi tiga periode semakin tertutup rapat. Pertemuan para Ketua Umum partai politik koalisi kemarin siang sebelum pengumuman reshuffle kabinet menunjukkan bahwa kompromi politik antara Presiden Jokowi dengan para ketua umum partai koalisi dalam hal bagi-bagi kue kekuasaan sudah berakhir.
Ketiga, Bergabungnya mantan Panglima TNI, Hadi Tjahjanto yang ditunjuk sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN menggantikan loyalis Jusuf Kalla, Sofyan Djalil.
Sebelumnya, santer terdengar Hadi Tjahjanto akan menggantikan posisi Moeldoko sebagai Kepala Staf Presiden. Hal ini menandakan posisi KSP Moeldoko tak tergoyahkan dan tergantikan. Loyalis Jokowi, Hadi Tjahjanto masuk kabinet dengan ‘mengorbankan’ Sofyan Djalil. Satu-satunya loyalis Jusuf Kalla yang masih tersisa di kabinet.
Dengan bergabungnya Hadi Tjahjanto dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin semakin menambah deretan loyalis Jokowi. Publik membacanya, Jokowi sedang mempersiapkan sosok tertentu untuk bertarung di Pilpres 2024 dengan memasukkan loyalisnya dalam kabinet yang berumur tinggal 2 (dua) tahun lagi.
Keempat, Ditunjuknya kader PDIP, John Wempi Wetipo sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri merupakan kompromi maksimal antara Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Jokowi. Apalagi sebelumnya terdengar kabar kalau Megawati Soekarnoputri menginginkan pos Menteri Dalam Negeri kembali dijabat oleh kader PDIP.
Kelima, Reshuffle jilid tiga ini memberikan pesan bahwa partai politik koalisi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin semakin solid mengawal kekuasaan Jokowi-Ma’ruf Amin hingga 2024.
Hal ini menepis isu adanya persekongkolan politik penjatuhan Jokowi sebelum 2024. Sekaligus menepis isu sedang terjadinya pembusukan dari dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin. Walaupun berhembus kencang tuntutan publik tentang Jokowi Mundur. Isu Jokowi Mundur diprediksi akan meredup dalam beberapa bulan ke depan.
Keenam, Isu pecah kongsi antara Jokowi dan Megawati Soekarnoputri terutama soal calon presiden 2024 dari PDIP untuk sementara dapat diredam oleh reshuffle kabinet jilid tiga yang sewaktu-waktu dapat memanas kembali bila keduanya tidak tercapai kesepakatan politik baru.
Keenam pesan tersebut menguatkan asumsi yang berkembang di masyarakat bahwa reshuffle kabinet jilid tiga Jokowi lebih pada upaya mempertahankan kekuasaan dan politik dagang sapi ketimbang menyelesaikan persoalan negara yang sedang tidak baik-baik saja.
Bandung, 16 Dzulqa’dah 1443/16 Juni 2022