Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
Istana dalam kondisi kacau, dalam bahasa Jerman ada kalimat rouhen never gouten dan deuven for gouten. Artinya, dilarang merokok kalau di Istana dilarang mikir kalau di Istana. Kata lain istana telah kehilangan pikiran otomatis akan hadir kekacauan dimana mana.
Dalam suasana yang makin kritis masih terdengar sayup-sayup semua masalah ditelan buzzing narratives para infleuencers dan bermacam macam masalah selalu dijawab “Bukan (urusan) saya”.
Prof. Daniel M Rosyid mengatakan Indonesia menjadi negara tanpa identitas. “Republik ini diseret para elitenya untuk menjadi negara tanpa identitas. Di tengah-tengah deformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, kedaulatan rakyat yang makin menghilang.
Sebetulnya kita tidak pernah memberikan kedaulatan terhadap Presiden, Anggota DPR, Anggota MPR, karena kedaulatan itu adalah nyawa rakyat, tak mungkin kita serahkan nyawa itu pada mereka yang sebetulnya kita pilih dalam 5 tahun.
Kedaulatan itu lebih abadi dari masa jabatan Presiden yang betul-betul sudah melekat pada hak untuk mempersoalkan kekuasaan kedaulatan selalu versus kekuasaan.
Pembajakan Presidential Treschold 20 %, bentuk pembajakan kedaulatan rakyat itu fatal. Dalam kondisi ini bisa menjadi awal Indonesian bubar.
Indonesia bubar bukan karena perbuatan para pengkhianatnya, tapi karena mereka yang diam saja menyaksikannya. Apakah itu kata Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Lembaga tinggi DPD RI sedang melakukan JR agar kembalikan ke 0%, kalau ini juga ditolak kondisi akan makin berbahaya. Akan lahir LBP itu artinya Liga Boikot Pemilu”. “Itu konstituonal karena dasarnya adalah pemilu menghalangi rakyat berpartisipasi pemilu.
Kalau itu ditolak MK harus dibubarkan , kita semua akan menjadi anggota P3, Partai People Power. Kehendak untuk mendongkel perubahan harus dimulai dengan mendongkel batasan-batasan yang dibuat oleh elit, yaitu PT 20 persen. Partai P3 Partai People Power dan Liga Boikot Pemilu pasti akan muncul.
Saat yang bersamaan hadirnya Poros Perubahan di mana makin banyak warga negara tua atau muda, sipil atau militer, intelektual atau awam yang sadar untuk segera mengambil tanggungjawab meluruskan kembali kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga Republik ini berjalan tanpa arah, terus terpuruk menuju kehancurannya.