Guru Besar UIN Yogyakarta Minta Mewaspadai Serbuan TKA China di Indonesia

Serbuan Tenaga Kerja Asing (TKA) China di berbagai wilayah Indonesia harus diwaspadai. Keberadaan TKA China mengancam kedaulatan bangsa Indonesia dan memunculkan kecemburuan sosial dengan warga pribumi.

“TKA China yang menyerbu Indonesia, saya tetap cemas, dan mengharap semua pihak waspada,” kata Guru Besar UIN Yogyakarta Prof Muhammad Chirzin dalam artikel “Jembatan, TKA China dan Baca Al Qur’an”.

Fenomena TKA China di Morowali ibarat puncak gunung es di lautan. Berapa banyak laporan pandangan mata via video tentang kedatangan TKA/warga negara China ke Indonesia, baik melalui jalur penerbangan dengan transit di bandara tertentu lalu barangkat lagi ke tempat tujuan, atau melalui kapal.

“Menurut kesaksian, sebagian dari para pendatang tersebut rata-rata bertubuh tegap dan berambut cepak,” ungkapnya

Kata Muhammad Chirzin, telah ada regulasi tentang penggunaan TKA, terutama sebagai tenaga ahli tetapi di lapangan, para TKA China khususnya, tidak seluruhnya memenuhi kualifikasi tersebut, termasuk aturan rasio perbandingan antara TKA yang ahli sekalipun, dengan tenaga kerja dalam negeri.

“Sangat wajar bila Bang Yos (Bapak Sutiyoso) mewanti-wanti akan adanya eksodus Warga Negara China ke Indonesia dengan modus sebagai tenaga kerja,” paparnya.

TKA China di Indonesia diduga kuat tak akan mau kembali ke negerinya, karena peraturan-peraturan yang sangat ketat di sana, termasuk pembatasan kelahiran anak.

“Di sini mereka bisa beranak pinak dengan leluasa, dan memperoleh hak dan perlakuan istimewa dibandingkan dengan tenaga kerja asli Indonesia, misalnya tentang standar upah buat mereka yang sangat tidak sepadan dengan upah tenaga kerja pribumi. Jika demikian, pada saatnya mereka akan menjadi mayoritas di negeri ini,” paparnya.

Luhut Binsar Panjaitan berkali-kali memberikan narasi, bahwa kedatangan para TKA China yang banyak itu tidak masalah, karena menurutnya, tenaga kerja kita tidak punya keahlian untuk melakukannya. Sampai-sampai tenaga kerja untuk las sekalipun, harus didatangkan dari China.

“Bangsa Indonesia niscaya belajar dari bangsa-bangsa lain yang telah mengalami penderitaan akibat intervensi China pada berbagai lini kehidupan,” pungkasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News