Politikus PDIP Masinton Pasaribu yang mengkritik keras Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan cara partai berlambang Banteng Moncong Putih ‘cuci tangan’ atas berbagai kebijakan pemerintah selama ini untuk menaikkan elektabilitas partai.
“Kritik Masinton ke Jokowi bagian ‘cuci tangan’ PDIP agar bersih dari kotoran sudah terlanjur menyatu. Petugas partai sudah melekat di pikiran publik,” kata aktivis Senior Dedi Ekadibrata kepada redaksi www.suaranasional.com, Senen (30/5/2022).
Menurut tahanan politik era Soeharto, Jokowi sebagai petugas partai sudah tidak diperlukan lagi perannya. “Jokowi ibarat wayang yang sudah dimasukkan kotak atau bisa jadi diperlukan peran baru nantinya,” ungkapnya.
Kata Dedi, PDIP tidak ingin ikut terimbas kebijakan Presiden Jokowi yang dianggap buruk oleh rakyat. “Padahal selama ini PDIP dianggap partainya wong cilik,” jelas Dedi.
Sebelumnya, Masinton Pasaribu mengaku selalu mengingatkan Jokowi untuk mengelola negara sesuai dengan fungsi ketatanegaraan Indonesia.
“Kita ini bukan menganut sistem parlementer. Parlementer itu perdana menteri dipilih oleh parlemen, dia memperoleh mandat rakyat hasil Pemilu. Nah ini kan kacau,” ujar Masinton.
Masinton-pun menyesalkan sikap Jokowi yang sulit mendengar masukan dari luar kabinet.
Bahkan, saran-saran yang diberikan PDIP sebagai partai politik pengusungnya-pun terkadang digubris Jokowi.
“Kalau kemudian diingatkan, cuek bebek, ini bebal namanya. Baja yang baik kan yang tebal, (tapi) penguasa yang tidak baik penguasa yang bebal,” tutup Masinton.