Lamongan merupakan sebuah wilayah yang memiliki sejarah panjang sebagai tanah perdikan ‘sima’ semasa pemerintahan kerajaan yang pernah tumbuh di Jawa Timur. Keberadaan tanah-tanah Sima di wilayah Kabupaten Lamongan, mengindikasikan adanya perlakuan khusus dari kerajaan terhadap desa penerima status sima, diantaranya Cane (Candisari), Selorejo, Lawan (Kedungwangi), Pataan (Patakan), Pamotan (Pamwatan), Baru (Barurejo), Wotan (Watan), Lemahbang (Lemah Irah). Terlibatnya Lamongan dalam setiap peradaban membuktikan bahwa Lamongan merupakan wilayah yang penuh kejayaan.
“Kejayaan Lamongan sudah pernah dicapai pada masa Airlangga. Mari kita berusaha dengan keras untuk merekrut kejayaan tersebut. Kejayaan yang akan kita implementasikan dimasa sekarang,” tutur Bupati Lamongan Yuhronur Efendi saat membuka kegiatan Sarasehan “Mengungkap Kejayaan Lamongan Abad XI-XV” bedah buku Garudamukha dan peringatan Balawi di Hari Jadi Lamongan ke 453, pada Selasa (24/5) di Ruang Gadjah Mada Pemkab Lt.7.
Kegiatan bedah buku yang digelar atas kolaborasi Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan dengan Rumah Sejarah dan Budaya Lamongan tersebut memiliki tujuan untuk mengupas sejarah lokal yang ada di Lamongan pada abad XI-XV serta untuk menambah wawasan tentang serajah di lingkup pendidikan Kabupaten Lamongan. Begitupun Pak Yes memaparkan tentang maksud diadakannya kegiatan ini yakni untuk membedah spirit untuk mendapatkan kejayaan kembali.
“Kabupaten Lamongan yang kita cintai ini sudah mempunyai kejayaan sejak masa lampau. Intinya melalui kegiatan kali ini saya ingin mendapatkan spririt untuk merekrut kejayaan kembali,” papar Pak Yes.
Spirit merekontruksi kejayaan di Lamongan tidak akan pernah berhasil tanpa adanya perjuangan. Perjuangan yang dilakukan bersama-sama akan mendorong menuju visi Lamongan yaitu mewujudkan kejayaan yang berkeadilan.
“Kejayaan yang menjadi cita-cita kita semua tidak akan pernah ada, jika kita tidak melakukan perjuangan,” tegas Pak Yes.
Kontribusi Lamongan dalam peradaban lampau menjadikan Kabupaten yang dikenal sebagai daerah agraris dengan tanah subur dikasihi oleh kerajaan-kerajaan besar pada masanya, antara lain Kerajaan Mojopahit, Kerajaan Airlangga, dan Masa Sunan Giri. Terbukti dengan ditemukannya prasasti peninggalan Airlangga di Lamongan sejumlah 20 lebih, namun tidak semua dalam keadaan utuh.
Tepat 1000 tahun pada tahun 2021 lalu tugu kejayaan Airlangga ditegakkan di bumi Lamongan. Hal itu dijadikan acuan untuk menjadikan Lamongan lebih berjaya lagi.
“Tahun lalu tepat 1000 tahun tugu kejayaan Airlangga ditegakkan di Lamongan. Di 1000 tahun akan saya jadikan sebagi pacuan untuk membangun Lamongan menuju kejayaan yang sebenarnya,” ungkap Pak Yes.
Sarasehan bedah buku Garudamukha menghadirkan narasumber Dosen Universitas Malang Dwi Cahyono yang mengupas tentang Garudamukha dan prasasti Balawi, adapun Supriyo yang merupakan sejarawan Lamongan dan penulis buku Garudamukha, dan Adrian Perkasa Dosen Universitas Airlangga yang sedang mengampu studi lanjut di Leiden University yang mengupas terkait hubungan internasional Lamongan pada masa abad XI-XV. (Rinto Caem)