Politik Kebudayaan Anies Baswedan

Oleh: Ahmad Basri (Ketua Kajian Kritis Kebijakan Publik Pembangunan – K3PP Tubaba)

Anies Baswedan mendapatkan gelar adat dari Fedarasi Adat Megou Pak Tubaba sangat cocok dan pantas. Ada nilai kualitas spritualitas moral personal didalam dirinya. Itu kata kuncinya yang paling utama tentang sosok seorang Anies yang kini mengembang amanah sebagai Gubernur DKI. Secara pribadi personality tentunya sangat mengapresiasi pemberian gelar adat “Tuan Penata Negara”.

Dalam konteks pemberian gelar adat secara etika moral kebudayaan ini merupakan hal yang biasa. Hampir kita temukan anak suku kebudayaan nusantara diIndonesia memiliki tradisi pemberian gelar adat. Wajar karena kita kaya dengan tradisi multi kultur pluralisme kebudayaan yang majemuk.

Tapi dalam konteks hari ini sosok seorang Anies Baswedan tentu berbeda. Pemberian gelar adat “Tuan Penata Negarou” memiliki multi dimensi berbagai tafsir politik kebudayaan. Anies For Presiden 2024 hari ini menjadi ” suara besar ” ditengah publik luas.

Suara Anies For Presiden 2024 tak bisa dihindari. Sebuah fakta real yang kini hadir setiap saat ditengah ephoria publik tentang harapan baru presiden baru. Ada satu kejenuhan dari sebuah kondisi real politik istana hari ini dan Anies memberikan “sinar” harapan itu. Dari harapan politik istana yang gelap tak bercahaya bagi kehidupan rakyat.

Namun fakta politik “For Presiden” 2024 bukan wilayah monolitik politik personal Anies semata. Ada Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng) ada Prabowo Subianto ( Gerindra ) ada AHY ( Demokrat) ada Airlangga Hartarto (Golkar). Mereka semua memiliki suara yang sama untuk for presiden 2024.

Dalam konteks egaliter politik kebudayaan tentu mereka semuanya memiliki “hak” yang sama untuk mendapatkan gelar adat kebudayaan dari Fedarasi Adat Megau Pak Tubaba. Terlepas secara ideologi politik kekuasaan personal kepartai mereka kini bersaing merebutkan suara rakyat untuk presiden 2024.

Menjadi catatan penting adalah masing – masing calon kandidat Presiden 2024 baik Anies – Prabowo – Ganjar Pranowo dan Airlangga dalam suasana kehidupan politik kebudayaan dalam perspektif masyarakat Tubaba tentu memiliki basis pendukungnya sendiri. Mereka ada hadir dihati masing – masing pendukungnya.

Itulah wajah demokrasi yang sesungguhnya. Politik kebudayaan akan selalu mewarnai kehidupan demokrasi dalam masyarakat yang beraneka ragam multi kultur kebudayaan. Politik identitas kebudayaan merupakan salah satu ciri khas budaya politik indonesia untuk membangun strategi politik kekuasaan.

Siapa yang bisa menguasai politik identitas kebudayaan dia yang akan memenangkan pertarungan politik for presiden 2024. Itulah mengapa Anies Baswedan rela mau jauh datang dari Jakarta ke Tubaba untuk menerima simbol kebudayaan masyarakat adat megou pak sebagai “Tuan Penata Negarou”.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News