Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
Serangan dua kader PDIP, Effendi Simbolon dan Masinton Pasaribu, kompak mengkritik pemerintah dan terang-terangan menyerang Presiden Joko Widodo dan LBP. Langkah kedua politisi PDIP selama ini tidak ada teguran maka itu adalah serangkaian serangan PDIP. ‘Kata lain PDIP mulai menjaga jarak dengan Jokowi”.
Saran PDIP untuk mengerem peran dan fungsi tanpa batas LBP dalam kebijakan politik negara yang terus membuat kegaduhan, selama ini diabaikan oleh Presiden. Justru peran LBP terkesan makin liar dan ugal ugalan.
Puan sudah memperingatkan Luhut untuk stop bicara perpanjangan masa jabatan Presiden dan atau jabatan tiga periode. LBP terus berjalan dengan caranya sendiri, tampak arogansinya merasa bisa mengendalikan istana.
Perlawanan berlanjut, penangkapan beberapa mafia minyak goreng oleh Kejaksaan Agung terbaca mendapatkan restu PDIP. PDI Perjuangan seperti sudah enggan melindungi mantan Wali Kota Solo tersebut.
Jokowi merasa terdesak mencoba mendekat dengan TNI – terjadilah kejadian tidak lazim Pangkostrad menyatakan kesiapannya tegak lurus dengan pemerintah, bukan tegak lurus kepada negara. TNI akan selalu setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.
Muncul perintah Kapolri dan Panglima TNI pendekatan humanis kepada para pendemo mahasiswa / masyarakat, tidak bisa lepas dari proses perubahan politik bersumber dari goncangan di istana.
Rocky mengatakan : Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini bagaikan bebek lumpuh di tengah tensi politik yang sedang memanas adalah dampak dari macam macam kebijakan negara yang tidak berpihak kepada rakyat bukan semata isu minyak goreng dan perpanjangan masa jabatan presiden.
Saat ini Jokowi sedang mencari tempat untuk berlindung. Jokowi coba coba merapat ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ( dari sikapnya yang selama memunggungi Anies ) untuk mendinginkan tensi politik. “Anies itu akademisi, dekat dengan kepentingan AS, dan di terima di kalangan Islam. Satu-satunya aktor yang bisa diajak komunikasi mungkin salah satunya adalah Anies Baswedan”.
Tetapi jangan mimpi kalau usaha tersebut bisa mendinginkan kemarahan umat Islam. Kekuatan politik Islam sudah pada puncak kemarahannya, tidak akan sudi menjadi tameng Presiden Jokowi.
Bertahan melalui jasa survei, untuk membangun kembali kesan kekuasaannya masih kuat adalah rekayasa sia sia. Posisi Jokowi sudah menjadi bebek lumpuh (lame duck) akan terus menurun sejalan dengan tuntutan mosi tidak percaya kepada Jokowi bahkan muncul tuntutan “Jakowi turun”
“Bagaikan menegakkan benang basah, dalam proses politik saat kepercayaan mulai turun hampir tidak ada teori yang bisa menegakkan kembali benang basah tersebut”
Dalam keadaan seperti ini maka Presiden Jokowi akhirnya butuh pendamping untuk menyelamatkan diri kalau terjadi krisis politik. Hanya sepanjang masih akan mengidupkan posisi LBP sebagai kepercayaan politiknya keadaan Jokowi akan semakin hancur. Sangat jelas LBP telah menjadi cammon enemy rakyat .
Dilema politik Jokowi adalah ketika LBP tertembak maka otomatis akan melukai Jokowi. Laman digital jejak politik Presiden Jokowi akan sulit dari genggaman LBP yang multi fungsi Sebagai kepanjangan politik China dan sekaligus sebagai komandan Oligarki
“Ada perlindungan dari Menhankam saat pertemuan di Kertanegara 27 April 2022 dengan beberapa tokoh Nasional meminta masa pengabdian Jokowi agar sampai 2024 – jangan ada people power atau Revolusi. Bahkan di informasikan Indonesia dalam dilema tarik menarik perselisihan Amerika dan China. Sayang usaha Menhamkan membentur dengan komentar Menkopolhukam yang sangat tajam dan fulgar menyerang Istana”.
Membaca situasi istana makin terancam sama artinya Jokowi harus bisa melepaskan diri dari bahaya. Kalau mampu beradaptasi terhadap keadaan, akan lebih dapat melepaskan diri dari bahaya, Fables, Aesop. Salah membaca cuaca politik saat ini keadaan istana akan semakin memburuk.
Oleh karena itu, kemungkinan besar Jokowi akan mengulur waktu untuk berlindung karena kekuasaanya sedang terjadi goncangan dan tidak tahu nasib istana ditengah jalan. Jokowi perlu perlindungan sementara kalau ada apa-apa dalam kondisi politik Tanah Air.
Menghadapinya kondisi seperti ini, rakyat harus tetap waspada Jangan Naif: “terhadap kekuasaan yang telah berubah menjadi tirani dan otoriter tidak boleh ada kompromi dan tidak boleh ada jalan tengah” .