Partai Mahasiswa – Rekayasa Politik Bodoh dan Dungu

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Ketika negara mulai melenceng dari tujuan negara sesuai pembukaan UUD 45 , Pancasila sudah di amputasi dan negara dikelola tanpa arah, perampok negara ( oligaki ) makin liar dan rakyat makin terpuruk kehidupan.

Negara dalam kendali pemimpin yang egnorance (ketidak tahuan, bodoh, jahil dan plongo plongo) – kondisi negara menjadi kacau balau. Karena otaknya kosong hanya jalan atas kuasa remot dr luar…

Mahasiswa sangat paham akan keadaan ini, dan pasti tidak akan tinggal diam. Ada kekuatan politik yang secara sistematis, terstruktur, menguasai kelola (menjajah) negara secara terencana akan merusak  negara.

Dalam politik, tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Jika itu terjadi, Anda bisa bertaruh itu direncanakan seperti itu, (Franklin D. Roosevelt)

Secara alami mahasiswa akan turun ke jalan melakukan kontrol, perbaikan atas jalannya kelola negara yang salah arah.  Pergerakan dan perjuangan akan berjalan sesuai ciri cirinya sebagai : Sebagai iron stock, agent of change, guardian of value, moral force dan sosial control, ( Pinters)

Ciri lainnya adalah sifat perjuangannya tidak bisa dibelokkan, ditumpangi oleh kepentingan kelompok dari mana dan apapun bentuknya.  Perjuangan hanya bersifat sementara. “Ketika kondisi negara sudah bisa dipulihkan maka mereka akan kembali ke kampusnya masing masing , untuk meneruskan studinya”.

Hasil perjuangannya akan di serahkan kepada pihak yang berkompeten untuk melanjutkan mengelola negara dengan benar. Jadi jauh dan tidak ada kepentingan ikut berkuasa apalagi sampai ada pemikiran membuat Partai Politik.

Mahasiswa sangat paham bahwa perjuangannya akan dihadang dengan banyaknya hambatan, kendala kesulitan-kesulitan. Bahkan ada rekayasa akan di mandulkan dan disempitkan medan perjuangannya dengan tangan tangan jahil ada rekayasa Partai Mahasiswa.

Perjuangan besar tidak hanya menuntut pengalaman tetapi juga menuntut keberanian. (Bung Karno). Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi. (John F. Kennedy ).

Mahasiswa sangat paham bahwa berbuat untuk sebuah harapan,  tidak hanya dikeluhkan tetapi diperjuangkan. Mahasiswa  harus turun tangan, bergerak membela rakyat dan  menjawab semesta Indonesia yang sedang sakit .

Gerakan mahasiswa akan di imbangi dengan para pakar aktifis politik dan  pegiat pejuang lainnya dari berbagai disiplin ilmu yang melalui media sosial mulai menyerang rezim. “Aksi tanpa teori tidak akan efisien atau tidak akan berhasil melakukan perubahan yang mendasar, kita tidak dapat membebaskan manusia tanpa sadar. Di pihak lain, teori tanpa aksi tidak akan mendapat watak ilmiah yang sejati karena tidak ada jalan lain untuk mengu­ji teori kecuali melalui aksi’’ ( Ernes Mandel ).

“Pergerakan mahasiswa  yang muncul di berbagai daerah dari berbagai perguruan tinggi dikejutkan dengan adanya rekayasa  tolol dan dungu dengan munculnya rekayasa membuat partai yang mengatas namakan mahasiswa, jelas itu jebakan  bodoh sebuah pengklaiman  dan sangat merugikan seluruh mahasiswa Indonesia”.

Tercium ulah oligarki dengan meminjam tangan tangan setan   para begundal sewaan dan rental politik ini adalah upaya penggembosan, meredam, menyempitkan area perjuangan serta pembungkaman yang sangat terstruktur terhadap suara kritis mahasiswa

Tercium bau busuk adanya dalang intelektual dari para bandar, bandar dan badut politik dari kalangan elite oligarki politik yang membiayai kemunculan partai ini, yang selama ini telah sesumbar berapapun lawan lawan kekuatan yang merugikan mereka akan di beli, dengan rekayasa yang mereka ciptakan.

Gerakan mahasiswa tidak akan terseret sekalipun pasti sedikit terganggu dan tersinggung atas ulah para begundal politik bayaran tersebut. Dan akan terus bergerak sesuai alam dan ciri gerakannya sebagai agen of control terhadap rezim dan negara.

Selamat berjuang para pendekar intelektual muda ( mahasiswa) dipundak mulah nasib bangsa dan negara ini.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News