Pertemuan dua tokoh nasional, Dr. Rizal Ramli dengan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, Minggu lalu (17/4) mendapat respon positif dari aktivis Tionghoa, Lieus Sungkharisma.
Menurut Lieus, pertemuan yang dilakukan di kediaman Ketua DPD RI, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan itu, memberi harapan bagi tumbuhnya kembali semangat persatuan dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia yang saat ini sedang tidak baik-baik saja.
“Pertemuan kedua tokoh nasional itu sangat positif bagi terbangunnya dialog antara para tokoh bangsa ini. Saya berharap pertemuan semacam ini bisa dilakukan oleh lebih banyak tokoh nasional lagi,” ujar Lieus.
Seperti diberitakan, dalam pertemuan tersebut, Rizal Ramli dan LaNyalla membahas sejumlah isu aktual terkait situasi kebangsaan dan kenegaraan Indonesia. Rizal Ramli secara khusus juga mengucapkan terima kasih kepada LaNyalla yang dengan kerelaan hati telah berkoordinasi dengan Kapolri dan Panglima TNI demi menjamin keselamatan mahasiswa saat aksi damai pada 11 April 2022 lalu.
Ditambahkan Lieus, kedua tokoh juga membahas masalah Presidential Threshold (PT) yang sampai hari ini tetap 20 persen, padahal rakyat sudah berkali-kali menggugat ketentuan PT itu ke Mahkamah Konstitusi. “Heran saya, sampai sekarang tak satu pun gugatan masyarakat itu dikabulkan,” ujar Lieus.
Atas situasi itu, Lieus sependapat dengan Rizal Ramli bahwa yang terjadi saat ini adalah sistem presidensil yang dibuat sedemikian kuat melalui politik dagang sapi dengan bagi-bagi kursi, jabatan, illegal immunity dan lain-lain.
“Politik dagang sapi inilah yang membuat mental kebangsaan kita semakin hari semakin menjadi rusak,” ujar Koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak) ini.
Menurut Lieus, salah satu solusi untuk memperbaiki moral kebangsaan yang terlanjur rusak itu adalah dengan kembali ke UUD 1945 yang asli.
“Kita tidak bisa terus menerus membiarkan kondisi kebangsaan dan kenegaraan ini digadaikan pada kepentingan oligarki. Kekuasaan yang tunduk pada pemilik modal. Ini tidak benar. Kita harus kembali ke UUD 1945,” tegas Lieus.
Karena itu, ujar Lieus, semua elemen masyarakat harus bersama-sama mengawal perjalanan bangsa ini. Tentunya jika kita tidak ingin Indonesia bernasib seperi Srilanka atau sejumlah negara lain yang bangkrut karena pemerintahnya terlilit hutang.
“Maka kita harus terus mengajak para tokoh nasional yang masih peduli pada bangsa dan negara ini, seperti pak Rizal Ramli dan pak LaNyalla Mattalitti, untuk terus mengingatkan pemerintah agar stop hutang untuk alasan pembangunan dan menghentikan cara-cara represif demi untuk mempertahankan kekuasaannya,” kata Lieus.