Kekuasaan Oligarki akan Hancur dan Berakhir

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Kecerdasan Oligarki menyatukan bersatunya Bandit – Bandar dan Badut Politik organik dengan Bandit, Bandar dan Badut politik non-organik, adalah gambaran peta perselingkuhan dan pelacuran politik yang hebat karena pada era yang sama melibat semua jejaring kekuasaan masuk dalam kolam yang sama. Semua dalam kendali dalam satu komando, persis seperti kerja polit biro model negara berhaluan komunis.

Mampu meluluh lantakan peran dan fungsi hampir di semua institusi dan lembaga negara dalam satu kekuasaan dan genggaman Oligarki.

Kuasa dan kekuasaan mereka sangat besar dan dalam menentukan kebijakan negara muncul stigma rakyat istilah SSK (Suka Suka Kita). Tidak adalagi wacana praktek demokrasi. Aspirasi dan saluran diskursus antara rakyat dan penguasa macet total.

Tiba waktunya sesuai perkembangan waktu ketika kekuasaan mengarah tirani dan otoriter. Kekuasan mulai merasakan ada getaran dan goncangan karena rakyat mulai menggeliat melakukan perlawanan.

Ketika legitimasi politiknya semakin rendah maka tak ada pilihan bagi penguasa selain mengoperasikan kekuasaannya dengan: Manipulasi politik melalui propaganda politik dan agitasi politik untuk maksud pencitraan politik. Mobilisasi politik melalui:  (a) suap politik (uang, barang, jasa, pangkat, jabatan, dan seks); (b) koersi politik (pembunuhan karakter dan penghilangan nyawa).

Peran Polri dengan keberadaannya membawa empat peran strategis, yakni: Perlindungan masyarakat,  Penegakan hukum, Pencegahan pelanggaran hukum, Pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat suka atau tidak sangat berat.

Proses politik sangat gaduh dan demo muncul setiap hari di berbagai wilayah, berebut pengaduan berbagai kasus pelanggaran hukum dari berbagai kasus muncul bergelombang ke aparat kepolisian.

Pelaporan hukum terjadi setiap hari. Celakanya yang tidak sesuai dengan penguasa dianggap sampah dan sebaliknya hukum pesanan atau milik kuasa penguasa secepat kilat polisi wajib  merespon dengan kecepatan tingkat tinggi. Aparat kepolisian akan makin tersudut apabila dalam menjalani peran dan fungsinya hanya sesuai kehendak kekuasaan.

Seharusnya mereka malu mengaku diri pengayom, pelayan dan pelindung rakyat. Apalagi menyebut diri penegak hukum. Kalau hukum rusak di tangan mereka.

Nasib negara sedang berproses kembali normal atau berjalan makin jauh menuju  kearah kehancurannya. Penguasa oligarki tentu tidak tinggal diam terus berusaha mempertahankan kekuasaannya.

Adalah hak rakyat untuk mengubah atau menghentikan pemerintahan tirani, dan mengganti dengan pemerintahan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. Karena, karakter pemimpin tirani tidak bisa diterima untuk memimpin bangsa yang merdeka.

Menghadapinya kondisi seperti ini Jangan Naif : “terhadap kekuasaan yang telah berubah menjadi tirani dan otoriter tidak boleh ada kompromi dan tidak boleh ada jalan tengah”

Kekuasan Oligarki akan hancur bersamaan dengan hancurnya buzer semua akan berahir . “Selamatkan Indonesia”,  It’s now or never .. Tomorrow will be to late (sekarang atau tidak pernah – besok atau semua terlambat ). Manusia bisa dihancurkan, tapi tidak bisa dikalahkan, Ernest Hemingway.