Buzzer di bawah binaan jenderal merah berkolaborasi dengan Peking melakukan caci maki dan adu domba sesama anak bangsa. Pihak yang dianggap lawan politik dijuluki kadal gurun (kadrun) oleh buzzer.
“Jendral Merah yang dominan sebagai kakak pembina Buzzer berkolaborasi dengan Peking,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Sabtu (16/4/2022). “Buzzer bayaran dimainkan seperi orang kesurupan ketika berhadapan dengan akal sehat,” paparnya.
Kata Sutoyo, buzzer menghasut dengan caci maki dan fitnah di berbagai media sosial. “Yang menghasut bukan ulama,” papar Sutoyo.
Tipuan dan kebohongan politisi nusuk dan Buzzer bayaran akan berakhir. Rakyat bagaikan lahar panas akan bangkit melawan. Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman.
“Namun penguasa tidak jujur, kebohongan, tirani bahkan otoriter mulai melekat menjadi tabiatnya sulit untuk diperbaiki – jalan keluarnya harus ditumbangkan,” jelasnya.
Menurut Sutoyo, Umat Islam semakin paham negara dalam genggaman para Herder Jenderal Merah dan Oligarki Politik (Badut Politik) – Oligarki Ekonomi (Bandar Politik) dan Oligarki Sosial (Bandit Politik).
“Kondisi kekacauan diperluas dengan tendensi kekuasan “timokrasi” (kekuasaan gila popularitas), tata kelola negara, bahkan di tengah ancaman wabah, cenderung mengedepankan proyek mercusuar dan kehebatan permukaan ketimbang meringankan derita rakyat karena aneka impitan. Indonesia sudah berubah menjadi “negara panggung alias theater state . Simbolisme, persepsi, narasi dan drama lebih penting,” paparnya.