Negara menjadi berantakan setelah keturunan penggagas nasionalis, agama dan komunis (Nasakom) mengendalikan Indonesia.
Demikian dikatakan pengamat seniman politik Mustari atau biasa dipanggil Si Bangsat Kalem (SBK) dalam pernyataan kepada redaksi www.suaranasional.com, Jumat (15/4/2022). “Situasi pertentangan politik sekarang mirip era 60 an di mana kelompok Lekra menyerang Manifes Kebudayaan. Saat ini buzzer menyerang oposisi dengan julukan kadrun,” ungkapnya.
SBK, gerombolan buzzer yang dipelihara penguasa membuat Indonesia makin terbelah. “Siapa saja yang mengkritik pemerintah dijuluki kadrun,” jelasnya.
Saat masyarakat mengkritik UU Revisi KPK, kata SBK, buzzer seenaknya menjuluki mereka kadrun. “Gerombolan Denny Siregar membuat opini menyesatkan KPK dikuasai kadrun,” papar SBK.
Kata SBK, keturunan Nasakom ingin memasukkan Trisila dan Ekasila dalam RUU HIP/BPIP. “Ini memunculkan penentangan dari masyarakat Indonesia,” papar SBK.
SBK mengatakan, adanya kooptasi lembaga riset BRIN oleh rezim membuat tidak independen lagi. “Harusnya lembaga riset independen dan tidak terkooptasi penguasa,” ungkapnya.