Presiden Joko Widodo (Jokowi) makin meninggalkan Nawacita di akhir kekuasaanya dengan mengundang investasi asing dan pelaksanaan demokrasi liberal.
“Roh investasi asing dan demokrasi liberal telah masuk jauh ke dalam tubuh sang Presiden,” kata Koordinator SIAGA 98 Hasanuddin kepada redaksi www.suaranasional.com, Senen (11/4/2022).
Kata Hasanuddin, roh investasi asing mencapai puncak ekstasenya pada pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dihembus-hembuskan, dicari-cari pintu masukknya ke dalaman wilayah kedaulatan.
“Tak sampai di situ, muncul roh varian baru lagi, yang tak lagi mengenal protokol politik nasional; jaga jarak kedaulatan, masker nasionalisme, dan vaksin kemandirian. Roh itu bernama demokrasi liberal,” papar Hasanuddin.
Atas nama kebebasan berdemokrasi, kata Hasanuddin dihembuskan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode. “Yang berakibat Jokowi kehilangan identitasnya sebagai manusia yang berdaulat, berkepribadian dan mandiri,” jelas Hasanuddin.
Nawacita dibegal oleh lingkungan sosial sekitarnya. Manusia (Jokowi) pada dasarnya baik, sebagai tabularasa kedaulatan, kemandirian dan kepribadian Indonesia. Sebagai kertas kosong padamula, menjadi tercoret tak terurai di senjakalanya oleh lingkup sosialnya, roh di sekitar Istana.
“Manusia Jokowi yang dilahirkan oleh suatu partai politik telah berusaha mengingatkan Sang Anak tersebut, tetapi apa ia mau kembali kepangkuan Ibunda yang melahirkannya? di situasi senjakalanya yang terkepung Investasi asing dan relasi sosial demokrasi liberal,” pungkasnya.