Bulan suci Ramadhan tetap melakukan kritik terhadap para pejabat yang berbuat kezaliman. Kritik di bulan Ramadhan pada pejabat yang zalim merupakan bagian ibadah amar ma’ruf nahi munkar.
“Jangan puasa dijadikan alasan untuk bungkam atas kezaliman pejabat,” kata Direktur Institute Soekarno-Hatta, Hatta Taliwang dalam pernyataan kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (3/4/2022).
Menurut Hatta, di bulan suci Ramadhan, mengkritik penguasa harus ditingkatkan karena bagian dari ibadah.
“Menurut saya justru di bulan puasa ini semangat perjuangan melawan kezaliman harus ditingkatkan,” ungkap Hatta
Membicarakan bobroknya mereka yang mendapat amanat rakyat, membahas buruknya kebijakan mereka di bulan puasa tetap relevan dibahas sebagai bagian dari perlawanan terhadap kezaliman. “Yang penting jangan bahas cacat pribadi manusia,” ungkap Hatta.
Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN ) Ar-Raniry , Banda Aceh, Dr H Abizal M Yati Lc MA mengatakan, Rasulullah menyambut datangnya Ramadhan dengan amar ma’ruf atau dengan hal-hal yang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu senantiasa memberikan kabar gembira dengan kedatangan bulan mulia ini.
Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabd ;’’Wahai pelaku-pelaku kebaikan, datanglah, wahai pelaku-pelaku keburukan, berhentilah’, dan Allah membebaskan hamba-hamba-Nya dari siksa neraka, han hal itu pada setiap malamnya”.
Abizal M Yati menjelaskan bahwa ma’ruf itu adalah sesuatu yang diakui oleh syariat itu baik dan mungkar itu yang dibenci oleh syariat. “Contoh ma’ruf misalnya shalat, zakat, puasa dan sebagainya. Sementara contoh munkar adalah berjudi, korupsi, membunuh, dan perbuatan maksiat lainnya” katanya.
Kata Abizal, mengkritik penguasa yang zalim di bulan Ramadhan merupakan amar ma’ruf nahi munkar.