Solusi Kelangkaan Minyak Goreng dengan Menyesuaikan Harga Pasar, Nicho Silalahi: Jokowi bukan Pemimpin

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan pemimpin terlihat menyelesaikan kelangkaan minyak goreng dengan menyesuaikan harga pasar. Kebijakan itu menjadikan minyak goreng ada di pasaran namun harganya mahal.

“Untuk menghilangkan kelangkaan minyak goreng dengan menaikkan harga sesuai dengan harga pasar, artinya @jokowi memang tidak layak jadi pemimpin,” kata aktivis Molekul Pancasila Nicho Silalahi di akun Twitter-nya @NichoSilalahi1, Kamis (17/3/2022).

Setelah Presiden Jokowi melepas harga sesuai pasar, kata Nicho, minyak goreng tidak terjadi kelangkaan namun harganya mahal. “Begitulah pemerintah yang tidak punya narwah di hadapan para kartel minyak goreng,’ ungkapnya.

Nicho mengatakan, harusnya rakyat melakukan perlawanan ke pemerintah atas kebijakannya dalam mengatasi minyak goreng tidak berpihak ke masyarakat kecil.

“Sialnya rakyat masih takut melawan pemerintah jahanam yang model begini,” jelas Nicho.

Pemerintah menetapkan harga minyak goreng dalam kemasan dilepas ke mekanisme pasar. Yang diharapkan bisa memacu kelancaran pasokan minyak goreng di pasar.

Dengan demikian, ketentuan harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per liter untuk minyak goreng kemasan premium dan Rp13.500 per liter untuk minyak goreng kemasan sederhana tidak lagi berlaku.

Harga minyak goreng langsung naik hari ini, Rabu, 16 Maret 2022. Sehari setelah pemerintah mengumumkan melepas harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium ke keekonomian atau mekanisme pasar.

Pantauan di sejumlah akun di media sosial toko ritel, melaporkan kenaikan harga minyak goreng di gerai ritel modern, Yomart Bojongsoang Bandung misalnya, harga minyak goreng kemasan bermerek ukuran 2 liter naik jadi Rp40-42 ribu per pouch. Artinya, sekitar Rp20 ribu per liter, naik dari harga saat dikontrol pemerintah, Rp14 ribu per liter.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News