Rezim Joko Widodo (Jokowi) di bawah oligarki atas kebijakan mencabut harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng dan seketika melimpah tetapi harganya mahal.
“Pencabutan HET minyak goreng atas permainan oligarki untuk mengambil keuntungan. Setelah dicabut, minyak goreng melimpah tetapi harganya mahal. Ini menunjukkan Rezim Jokowi di bawah oligarki,” kata aktivis Malari 74 Salim Hutadjulu kepada redaksi www.suaranasional.com, Kamis (17/3/2022).
Kata Salim, kelangkaan minyak goreng sengaja dilakukan para produsen untuk menaikkan harga. “Minyak goreng sengaja tidak dikeluarkan ketika pemerintah masih mempertahankan HET,” ungkapnya.
Salim mengatakan, Presiden Jokowi hanya beretorika mengungkapkan mengetahui orang-orang yang mempermainkan minyak goreng. “Sudah jelas di depan mata para produsen minyak goreng tetapi dibiarkan saja. Justru pemerintah harus mengikuti produsen minyak goreng dengan mencabut HET,” jelas Salim.
Kata Salim, persoalan minyak goreng akan memicu ketidakpercayaan rakyat terhadap Rezim Jokowi. “Emak-emak sudah meminta Jokowi mundur,” ungkapnya.
Pemerintah menetapkan harga minyak goreng dalam kemasan dilepas ke mekanisme pasar. Yang diharapkan bisa memacu kelancaran pasokan minyak goreng di pasar.
Dengan demikian, ketentuan harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per liter untuk minyak goreng kemasan premium dan Rp13.500 per liter untuk minyak goreng kemasan sederhana tidak lagi berlaku.
Harga minyak goreng langsung naik hari ini, Rabu, 16 Maret 2022. Sehari setelah pemerintah mengumumkan melepas harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium ke keekonomian atau mekanisme pasar.
Pantauan di sejumlah akun di media sosial toko ritel, melaporkan kenaikan harga minyak goreng di gerai ritel modern, Yomart Bojongsoang Bandung misalnya, harga minyak goreng kemasan bermerek ukuran 2 liter naik jadi Rp40-42 ribu per pouch. Artinya, sekitar Rp20 ribu per liter, naik dari harga saat dikontrol pemerintah, Rp14 ribu per liter.