Pejabat dan Politisi Bermuka Tembok

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Pada sore hari Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, akan menyampaikan pidato yang akan dipancarluaskan ke seluruh Inggris, namun sopir belum juga muncul. Padahal tinggal satu jam lagi siaran itu dimulai. P.M.Winston Churchill segera berlari ke pinggir jalan mencegat taksi. Taksi pun berhenti. Ia lalu menyuruh sang sopir ngebut secepatnya ke stasion radio BBC London.

Sambil menggelengkan kepalanya, sang sopir berkata, “Maaf tuan, sebaiknya tuan mencari taksi lain saja.” “Kenapa Anda tidak mau mengantarkan Saya?”, tanya P.M.Winston Churchill dengan nada tinggi, lantaran si sopir taxi tak mengizinkannya masuk ke dalam taksi. Sang sopir lalu menjawab, “Ketahuilah tuan, pada pukul 18.00,PM. Winston Churchill akan berpidato. Sebagai warga negara yang baik, Saya harus segera pulang ke rumah untuk mendengarkan pidatonya.”

Mendengar jawaban ini, hati sang Perdana Menteri tersentuh, ternyata rakyat kecil Inggris amat menghargai pemimpinnya. Tanpa sadar Churchill mengambil selembar uang di sakunya dan memberikannya kepada sang sopir. Dalam sekejap mata sang sopir langsung menyambar uang dari tangan Churchill sambil berkata dengan raut muka yang berbinar-binar, “Ayo, silakan masuk tuan, saya antar anda ke tujuan, persetan dengan Mr.Winston Churchill.”

Hampir tidak ada daya tarik yang begitu dahsyat yang membikin pikiran, perasaan, dan perilaku insan yang bernama manusia dapat berputar seratus delapan puluh derajat, kalau bukan uang. Saat inilah oligarki bermain dan memainkan pejabat dan politisi kita dengan uang.

Gara gara uang recehan – otak pejabat dan politisi kita langsung  miring, siap mengorbankan harga dirinya berubah wajah menjadi manusia bermuka tembok. Arti kata muka tembok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bermuka dinding – tidak punya malu. Ideom muka tembok Ini suatu istilah yang ditujukan kepada orang-orang yang tak tahu malu

Sudah berkali-kali melontarkan komentar aneh, bahkan cenderung bodoh, menyakiti hati rakyat serta menyinggung harga diri bangsa, boro-boro mundur.. minta maaf saja tidak. Benar-benar muka tembok.

“Seharusnya kalau memang dirinya berbuat sesuatu yang menyinggung perasaan rakyat atau membuat suasana tidak nyaman, apalagi sampai merugikan bangsa dan negara, dia harus mengambil langkah ksatria, yaitu mengundurkan diri.

“Namun sangat disayangkan semakin lama semakin menjamur pejabat dan politisi bermuka tembok. Fenomena sangat rendah, tidak beradab dan tak punya malu itu malah mendominasi di Indonesia? Padahal sangat berbahaya kalau rakyat sampai apatis dan tidak mempercayai para pemimpinnya. Integritas, martabat, dan kearifan adalah indikator sejati seorang pemimpin.

Politik akal sehat tampaknya sedang memasuki ruang gawat darurat di negeri ini. Benar kata P Yudi Latif : pangkal semua itu boleh jadi karena bangsa ini defisit manusia bijak berpikir lurus, surplus manusia kerdil berpikir sungsang. Tumbuh subur manusia bermuka badak atau bermuka tembok.