Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) yang merampas tanah milik rakyat terancam mangkrak karena sepinya penumpang.
“Ini hasil dari merampas tanah rakyat: mangkrak,” kata pengajar di Pesantren Ekologi Al Misykat Al Anwar Bogor Roy Murtadlo di akun Twitter-nya @MurtadhoRoy, Ahad (5/12/2021).
Roy mengatakan seperti itu menanggapi berita dari kumparan terkait Bandara YIA yang sepi penumpang.
Kata Roy, Bandara Kertajati yang juga merampas tanah rakyat sudah mangkrak.
“Padahal sebelumnya bandara Kertajati di Majalengka yg dibangun dengan merampas tanah rakyat, juga sudah lebih dulu mangkrak,” jelasnya.
“Kita tunggu mana lagi yg bakalan mangkrak,” jelasnya.
Dengan pergerakan penumpang yang menurun dan adanya tekanan keuangan, Direktur Utama Faik mengatakan masih dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara. Bandara tersebut dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.
“Pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi kekurangan kapasitas. Seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp12 triliun,” kata Faik, Minggu (5/12/2021).
Senada Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo membeberkan kondisi finansial yang dialami oleh PT Angkasa Pura I (persero) atau AP I dengan utang mencapai Rp35 triliun dan rugi per bulan mencapai Rp200 miliar.
Tiko, sapaan akrabnya menjelaskan beban keuangan yang mesti ditanggung oleh operator bandara pelat merah tersebut memang cukup berat dengan banyaknya bandara-bandara baru.

