Penangkapan tiga ulama dan desakan pembubaran MUI merupakan propaganda proyek antiterorisme yang disponsori barat
“Upaya menangkap 3 tokoh dakwah itu dengan tuduhan terorisme itu, lalu juga desakan pembubaran MUI, benar-benar mencerminkan upaya mengubur kebenaran dengan propaganda kebohongan dalam proyek anti-terorisme yang disponsori Barat,” Guru Besar ITS Prof Daniel Mohammad Rosyid dalam artikel berjudul ‘Gundhulmu’
Kata Daniel, penangkapan ulama dan seruan pembubaran MUI sekaligus upaya untuk memecah belah bangsa Indonesia dan ummat Islam sekaligus mencari kelompok Islam yang bisa dijadikan kaki tangan AS dalam melawan dominasi China di Indonesia.
“Skenario menjelang peristiwa G30S/PKI 1965 boleh jadi akan dipaksakan terjadi lagi oleh kekuatan nekolimik di Indonesia. Tentu dengan sedikit modifikasi. Jika benar Nahdlatul Ulama merupakan bagian dari faksi pro-China rezim penguasa saat ini yang mengganggu kepentingan AS di Indonesia, Biden mungkin sekali akan mencoba menarik ormas atau Parpol Islam tandingan untuk bersama faksi TNI pro-AS melawan Nasakom baru yang kini berkuasa,” jelas Daniel.
Jika NU dan Muhammadiyah sebagai ormas Islam terbesar di negeri ini tidak menyadari skenario jahat Balkanisasi Republik ini, alangkah malang nasib ummat Islam dan juga bangsa ini.
“Peringatan Haedar Nashir agar ormas Islam tidak terjebak pada kebanggaan kelompok akan dieksploitasi terus oleh kekuatan-kekuatan nekolimik ini,” papar Daniel.
Menurut Daniel, baik China maupun AS mungkin telah menemukan kepentingan yang sama di Indonesia yaitu sekulerisasi dan pecah belah untuk melemahkan ummat Islam Indonesia sebagai benteng terakhir Republik setelah tentara dan polisi bisa dikendalikan oligarki dan ummat muslim diasingkan dari Islam menjadi kaum abangan.
“Negeri ini mungkin akan dibalkanisasi menjadi beberapa bagian untuk dijadikan bancakan oleh China dan AS serta sekutunya,” pungkasnya.