Ketua DPR Puan Maharani menanam padi di sawah dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang tampil seolah merakyat tidak natural.
“Aksi Puan dan Ganjar sama-sama tidak natural, namun dampaknya ke masyarakat berbeda,” kata Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga kepada www.suaranasional.com, Sabtu (13/11/2021).
Kata Jamiluddin, aksi Puan cenderung mendapat respon negatif, sementara aksi Ganjar direspon positif. “Hal itulah yang akhirnya membedakan elektabilitas Puan dan Ganjar,” jelasnya.
Puan dianggap tidak pas melakonkan aksi menanam padi karena gesturnya tidak mencerminkan layaknya seorang petani.
“Gestur Puan saat menanam padi memang terlihat tidak natural. Meskipun sudah dikemas dengan pakaian dan aksesori layaknya petani, namun Puan belum mampu memerankan sosok petani yang sesungguhnya,” ungkap Jamiluddin.
Kata Jamiluddin, Ganjar ingin mengesankan sosok yang merakyat. Namun bila jeli melihat foto-foto Ganjar di media dan media sosial, gesturnya mengesankan juga tidak natural.
“Foto-foto Ganjar umumnya dikemas untuk mencuri perhatian masyarakat. Seperti gambar Ganjar naik truk untuk memeriksa muatannya. Begitu juga ketika Ganjar makan sendirian atau sedang bersepeda,” papar Jamiluddin.
Semua foto-foto Ganjar tersebut dimaksudkan untuk pencitraan. Ganjar ingin dicitrakan merakyat, peduli dengan persoalan rakyat, dan seolah tampil apa adanya.
“Hanya saja, karena Ganjar sudah kerap melakukan hal itu, sebagian masyarakat akhirnya tidak lagi kritis melihat foto-fotonya. Foto-foto yang dikemas untuk pencitraan itu akhirnya dinilai masyarakat seolah natural,” pungkasnya.