Pemikiran muktazilah perlu dihadirkan untuk sebuah kemajuan. Pada jaman kejayaan Islam di era Harun Al-Rasyid, Al-Makmun, dan Al-Muktasim pemikiran muktazilah sangat mendominasi.
“Terkadang nalar-nalar pikir Muktazilah memang perlu dihadirkan untuk sebuah kemajuan. Ingat lho, Muktazilah pernah “menguasai” alam pikir di era Harun Al-Rasyid, Al-Makmun, dan Al-Muktasim,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dalam artikel berjudul ‘Teringat Gus Dur’ yang dikirim ke redaksi suaranasional.com, Kamis (4/11/2021).
Ma’mun mengatakan, pada periode Harun Al-Rasyid, Al-Makmun, dan Al-Muktasim tradisi keilmuan Islam mencapai puncaknya. Pikiran-pikiran Muktazilah benar-benar mendominasi.
“Di era ketiga khalifah ini Islam mencapai kejayaan ilmu pengetahuan,” jelas Ma’mun Murod.
Selain itu, Ma’mun mengatakan KH Abdurrahman Wahid pernah dituduh sebagai Muktazilah –oleh “lawan-lawan” politiknya– menjelang Muktamar Situbondo 1984 dan Muktamar Yogyakarta 1989.
Tuduhan tersebut rasanya lebih banyak disebabkan oleh pikiran-pikiran Gus Dur yang “liar” dan “terlalu maju”, yang keluar dari mainstream dan sulit dipahami, meski oleh kaum Nadliyyin sekalipun.
Kata Ma’mun, Gus Dur memang bagian dari sedikit pemikir Islam di Indonesia yang di era akhir 1970-an sampai akhir 1990-an banyak mewarnai pergulatan pemikiran keislaman.
“Pemikirannya sangat nyleneh. Kalau tak mempunyai modal ilmu kalam tentu akan sulit memahami pemikiran-pemikiran Gus Dur. Tak salah kalau ada yang menuduh Beliau Muktazilah,” pungkasnya.