Pegiat Anti Korupsi Papua, Rafael Ambrauw lagi-lagi buka suara atas langkah tegas yang dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Agung RI, Sanitiar Burhanudin yang begitu cepat mengambil tindak tegas terhadap pencopotan Kajati Papua Barat dan Kajati Sumatera Barat karena bermain proyek.
Upaya yang dilakukan Kejagung RI sangat diberikan apresiasi karena langkah itu untuk mencegah oknum-oknum para jaksa nakal yang bermain proyek milik pemerintah di daerah. Dan tidak mentolerir terhadap para jaksa ‘nakal’ bagi oknum jaksa yang menyalahgunakan wewenang selaku penegakkan hukum.
Hanya saja, Rafael mempertanyakan kenapa Kepala Kejaksaan Agung RI tidak menindak tegas dan mencopot Kajati Papua atas dugaan bermain proyek di Pemerintah.
“Pencopotan di Papua Barat itu kan Cuma laporan saja yang masuk dan Kepala Kejagungnya berani copot. Kenapa di Papua harus menurunkan tim dan segala macam,” ujarnya.
Jikalau Kejagung tidak mencopot Kajati, maka Rafael menduga ada rekayasa. Padhaal menurutnya, Kajati Papua Barat baru saja menjabat selama tiga bulan dan begitu ada laporan langsung dicopot dari jabatannya.
“Laporan terhadap dugaan bermain proyek oleh oknum jaksa ‘nakal’ malah dibiarkan. Laporan ini sudah ramai di publik dan banyak pihak yang sudah melaporkan terhadapa atas jaksa “nakal” tapi tidak pernah di gubris oleh Kejaksaan Agung. Ini ada apa,” tanya Rafael lagi.
Rafael menegaskan bahwa oknum jaksa nakal di Kejaksaan Tinggi Papua jangan menjadi kasus-kasus korupsi disebagai lahan pemerisan demi kepentingan pribadi dan kepenting kelompok. “Jangan membuat suatu lelucon dan Geli bagi orang lain. Dan jangan merusak marwah adhyaksa di Papua,” cetus dia.
Rafael kembali menegaskan bahwa semain berlarut-larutnya penuntasan perkara terhadap oknum jaksa nakal yang bermain proyek maka semakin mencurigakan terhadap kinerja jaksa agung. “Ini ada apa. Jangan membuat masyarakat tidak percaya dan resah terhadap oknum jaksa ‘nakal’ ini,” pungkasnya.